Jumat, 19 April 2013

Impian Yang Terwujud




Rendi adalah seorang remaja yang dikenal orang-orang sebagai anak yang pintar dan juga pandai bergaul. Wajahnya yang tampan membuatnya banyak dilirik kaum hawa. Sifatnya yang santun terhadap siapa pun membuatnya tampak sempurna. Karena itu semua ia mempunyai banyak teman, baik teman biasa maupun teman dekat. Ririn adalah salah satu teman bermainnya sejak ia kecil. Mereka memang tidak tinggal di satu wilayah yang berdekatan, tetapi karena ayah Rendi dan juga ayah Ririn adalah teman dekat sejak SMA, Rendi dan Ririn menjadi teman yang begitu dekat sejak mereka masih duduk di sekolah dasar (SD). Mereka semakin terlihat akrab sejak mereka memasuki SMP. Sekolah di satu sekolah yang sama membuat mereka semakin sering bertemu untuk bertatap muka secara langsung. Dan hampir setiap harinya saat pulang sekolah mereka selalu pulang bersama.
“Rendi, Rendi ! pulang bareng yuk??” ajak Ririn yang berteriak memanggil namaku dari kejauhan dan perlahan mendekati Rendi.
“Eh, kamu Rin, mau pulang bareng lagi?” tanya Rendi sembari tersenyum manis kepada Ririn.
“Iya Ren, seperti biasa. Kan memang hampir tiap hari kita pulang bareng? Masa kamu lupa sih?” Ririn memasang wajah manjanya kepada Rendi dengan harapan Rendi akan menimbal balik sifat manja Ririn.
“Em, tapi aku ada janji mau main bareng dengan Roni, gimana ya?”
“Yah, jadi ngga’ bisa pulang bareng nih?’’ Ririn merasa kecewa dan langsung mengkerutkan dahinya.
“Haha, ngga’ kok aku Cuma bercanda aja Rin.” Rendi mencoba membuat Ririn tersenyum kembali.
“Ah, kamu ni Ren, seneng banget bercanda begitu.”
“Loh, kan memang aku sering bercanda begitu ke kamu, masa kamu ngga’ hafal-hafal juga dengan sifatku?’’
“Hehe, ngga’ kok Ren, aku juga Cuma bercanda aja.” Ririn memberi senyum manis dari wajahnya ke arah Rendi dan perlahan mereka berjalan bersama menuju pintu keluar dari sekolah mereka. Ririn yang sudah mengenal Rendi sejak SD tahu hampir segala kesukaan Rendi mulai dari makanan kesukaannya, hobinya, buku kesukaannya, dan banyak lagi yang lainnya. Dan Ririn pun tahu cita-cita Rendi, menjadi seorang Dokter sama sepertinya. Tidak heran jika Ririn tahu apa saja kesukaan Rendi, itu karena mereka selalu bercerita satu sama lain tentang apa yang mereka sukai dan mereka tidak suka. Rendi pun tahu hampir segala yang Ririn lakukan di setiap harinya. Apalagi sekarang zaman sudah canggih. Tidak perlu pergi menghampiri salah satu di antara mereka untuk tahu apa yang sedang mereka lakukan saat ini, tinggal SMS atau pun telefon saja mereka dapat saling berkomunikasi tentang kegiatan yang sedang mereka lakukan.

Keesokan harinya, tepatnya hari minggu, Ririn merasa bosan karena di rumah ia hanya sendiri saja. Tidak ada mama, tidak ada papa, bahkan kakak serta adiknya pun tidak ada di rumah. Mereka semua pergi. Mama dan papa pergi menghadiri sebuah acara pesta teman mama, sedangkan kakak dan adiknya pergi bermain dengan teman-temannya. Sendiri di rumah dengan hanya ditemani televisi membuatnya semakin merasa bosan. Ririn pun mencoba untuk menghibur dirinya sendiri dengan mencoba meng-SMS Rendi, sambil berharap dia akan membuat bosannya terasa hilang. Ririn pun mulai memikirkan apa yang ingin di ketik olehnya.
“hmm, mau SMS apa ya ke Rendi?” Ririn bertanya-tanya sendiri.
Tak berapa lama Ririn pun mulai mengetik SMS dan mengirimnya ke Rendi.
Pagi Rendi ^_^”
Itu lah SMS yang dikirimkan oleh Ririn setelah daritadi memikirkan ingin memulainya dengan kata seperti apa. Ririn pun menunggu SMS dari Rendi, berharap dia akan membalasnya. Namun sampai hari berlarut menuju siang hari tak kunjung jua SMS balasan dari Rendi datang. Mungkin dia sedang tidak ada pulsa, mungkin dia sedang sibuk, atau mungkin dia tidak membawa handphone miliknya. Hingga siang pun berganti malam tak kunjung jua Rendi mencoba untuk membalas sampai Ririn tertidur di kamarnya.

Saat di sekolah Ririn lantas menuju kelas Rendi untuk bertemu dengannya. Hanya ingin memastikan saja kemana dia kemarin yang tidak ada kabar. Ririn pun sampai di depan kelas Rendi dan melirik ke dalam kelas mencoba mencari seorang pria putih tinggi dan tampan itu. Namun tak kunjung ia lihat batang hidungnya sedikitpun.
“Eh, kamu teman sekelas Rendi kan?” tanya Ririn pada Okta yang merupakan teman sekelas Rendi.
“Iya, ada apa ya?” tanya Okta kembali.
“Ngga’ apa-apa kok, aku Cuma mau tanya Rendi udah dateng apa belum?”
“Oh, Rendi, ngga’ tahu juga nih, daritadi ditungguin ngga’ dateng-dateng, padahalkan ini sudah hampir bel masuk.”
“Hmm, jadi Rendi belum dateng ya? Yaudah kalo gitu makasih ya, bilang aja kalo nanti dia sudah dateng di cari Ririn.”
“Ririn? Em, oke deh, nanti aku sampe’in ke Rendinya kalo dia sudah dateng.”
Ririn pun bergegas pergi ke kelasnya dengan hati sedikit ragu. Ada apa denga Rendi dalam hatinya, tidak biasanya Rendi tidak membalas SMS-nya atau pun datang terlambat ke sekolah. Ririn pun lalu mencoba berpikir yang positif saja tentang teman dekatnya itu, dan bersiap untuk belajar di kelasnya. Hingga bel pulang terdengar Ririn pun kembali mendatangi kelas Rendi untuk menemuinya mengajak Rendi pulang bersama. Namun kekecewaan kembali datang ke hati Ririn. Dia kembali tidak dapat bertemu dengan Rendi karena dia tidak sekolah pada hari ini. Ririn pun mencoba untuk tenang dan mulai berencana untuk datang ke rumahnya.
Pukul tiga sore Ririn sampai di depan rumah Rendi. Bergegas Ririn mendekati pintu lalu mengetuknya.
“Assalamu’alaikum, Rendi, Assalamu’alaikum.” Ririn mencoba memberi salam dan memanggil Rendi agar membukakan pintu untuknya.
“Wa’alaikumsalam, eh Ririn, tumben dateng ke sini lagi, sudah lama ngga’ pernah main kesini lagi nih, apa kabar kamu Rin?” tanya seorang pria separuh baya yang rambutnya sudah mulai memutih dan wajahnya sudah mulai sedikit berkerut karena usianya yang tidak muda lagi.
“Iya nih om, memang sudah lama Ririn ngga’ pernah main kesini lagi, hehe. Maaf yah om kalo Ririn sombong.”
“Ngga’ apa-apa kok, yang pentingkan sekarang kamu sudah datang kesini lagi. Ayo masuk dulu ke dalam, kita ngobrol-ngobrol dulu.”
“Ah, ngga’ usah om, Ririn di luar aja, Ririn Cuma sebentar aja kok. Ririn Cuma mau tau Rendi ada di rumah atau ngga’, soalnya tadi Rendi ngga’ masuk sekolah om.”
“Oh, Rendi? Sudah ngga’ apa-apa kok, Rendi ngga’ masuk hari ini soalnya sejak kemarin Rendi lagi ke Jakarta.”
“Ke Jakarta om? Ngapain dia ke Jakarta?” tanya Ririn menggebu-gebu.
“Dia sedang ke Rumah Sakit Rin, kan kamu tau kalo dia punya cita-cita untuk jadi dokter sama kaya kamu, biar bisa nyembuhin orang-orang yang sakit, terutama bagi orang-orang yang dia sayang.”
“Oh, Ririn kira dia ngga’ masuk kenapa gitu om, ternyata... hehe, semoga aja dia bisa wujudin cita-citanya ya om. Kan Ririn juga senang kalo punya teman seorang dokter, biar bisa berobat gratis, hehe.” Canda Ririn kepada ayah Rendi.
“Amin, do’akan aja ya Rin.”
“Iya om.”

Ririn pun lalu pulang ke rumahnya dengan hati yang tenang. Ternyata memang tidak seharusnya dia berpikir hal negatif tentang Rendi. Ternyata Rendi hanya ingin mencoba mewujudkan cita-citanya.
Ririn pun kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa lagi.

Beberapa bulan kemudian Ririn kembali merasa gelisah. Rendi yang adalah teman baiknya tidak pernah hadir lagi di sekolah tempat mereka menuntut ilmu bersama. Kemana Rendi kenapa tidak pernah ada kabar darinya. Mana mungkin seorang yang masih SMP dan ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dokter pergi tanpa pernah kembali untuk menuntut ilmu. Pikiran negatif kembali menimpa dirinya. Hingga suatu hari Ririn akhirnya dapat bertemu kembali dengan Rendi.
Mereka bertemu di sebuah taman. Ririn yang sedari dulu menanti kabar dari teman baiknya itu akhirnya tidak kuasa menahan air matanya karena orang yang ingin ia temui akhirnya hadir di depan matanya.
“Kamu kemana aja Ren? Kamu ini pergi tanpa ada kabar sama sekali. Kamu anggap aku ini apa?” Ririn memaki Rendi karena rasa senang bercampur haru yang sedang ia rasakan akan kerinduannya. Air matanya pun mulai berjatuhan dari kedua bola matanya.
“Aku ngga’ kemana-mana kok Rin, aku Cuma ke Jakarta sebentar aja. Jangan nangis gitu dong, kan aku baik-baik aja.” Rendi mencoba mengahapuskan air mata yang mengalir di pipi Ririn.
“Tapi kamu ngga’ pernah ngasih aku kabar. Aku kan khawatir sama kamu, aku bingung harus mencari kamu kemana?” sembari terisak-isak oleh tangis.
“Iya sudah maafin aku ya Ririn teman baikku. Udah dong jangan nangis lagi, malu tuh sama anak kecil yang lagi main di taman.” Rendi mencoba menghibur Ririn agar tidak menangis lagi.
“Hmm... “
“Eh, kenapa? Wajah kamu manja banget deh, hehe.” Canda Rendi lagi.
“Ah, yasudah aku nangis lagi aja deh, huh.”
“Eits, jangan dong, nanti wajah cantik temanku ini jadi hilang loh?”
“Biarin aja, salah siapa coba?”
“Ya bukan salah siap-siapa sih, memangnya aku salah ya?”
“Huh, dasar cowok ngga’ peka. Bikin kesel aja deh.”
“Haha, bercanda loh Rin, gitu aja marah deh, nih aku punya coklat, mau ngga’ nih??” Rendi mencoba menawarkan sebatang coklat kesukaan Ririn.
“Hmm,, nyogok nih ceritanya?”
“Jadi ngga’ mau nih? Yaudah deh aku makan sendiri aja.”
“Eh, mau ding mau....”
Perbincangan mereka pun berlanjut hingga waktu yang berangsur sore pun memaksa mereka untuk berpisah sejenak. Ririn yang merasa rindu akan kehadiran Rendi kini sudah merasa sedikit tenang. Hingga ia tertidur pulas dengan nyamannya.

Beberapa tahun kemudian Rendi dan Ririn telah menjadi seorang mahasiswa dan mahasiswi. Kedekatan mereka berdua sejak mereka SD telah membuat hati mereka menjadi terikat. 2 tahun yang lalu Rendi dan Ririn yang dulunya sempat menjadi teman dekat, kini mereka telah merubah status meraka menjadi sepasang kekasih. Rendi menyatakan rasa sayangnya kepada Ririn saat mereka memasuki kelas XI SMA. Ririn yang sebelumnya tidak pernah pacaran pun bingung harus menjawab pernyataan dari Rendi. Hingga akhirnya Ririn memutuskan untuk menerima Rendi untuk menjadi kekasih hatinya. Dua tahun berlalu di sekolah yang berbeda, mereka jarang bertemu dan pulang bersama layaknya saat mereka SMP dulu. Hingga mereka kembali dipertemukan di satu Universitas yang sama. Saat-saat mereka berpacaran sewaktu SMA, Ririn tidak pernah menceritakan tentang penyakti yang ia derita kepada Rendi. Ia takut Rendi akan merasa khawatir akan penyakit yang ia derita sejak ia memasuki SMA. Namun perlahan Ririn memberanikan diri untuk memberitahu Rendi bahwa ia terserang penyakit Kanker. Ririn menceritakan semuanya saat mereka sudah hampir kelulusan SMA. Namun semua itu tidak membuat Rendi takut atau pun ragu untuk melanjutkan hubungannya dengan Ririn. Rendi lantas merasa tertantang untuk bisa menyembuhkan Ririn. Karena ia telah bercita-cita untuk bisa menyembuhkan orang-orang yang ia sayangi dari penyakit yang mereka derita. Ririn telah beberapa kali melakukan kemoterapi disebuah Rumah Sakit ternama khusus bagi penderita kanker. Namun belum kunjung ada perkembangan bahwa ia akan segera sembuh. Hingga Ririn memutuskan untuk berkata kepada Rendi.
“Ren, aku ini sakit. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan menderita sakit seperti ini. Aku tidak tahu kapan aku akan tiba-tiba menghilang dari dunia ini.” Keluh Ririn kepada Rendi.
“Kamu jangan bilang begitu, sebentar lagi aku akan menjadi dokter. Aku akan menyembuhkan penyakitmu. Kamu harus kuat.” Rendi mencoba mayakinkan Ririn.
“Tapi Ren? Kalo aku begini terus, waktu kamu akan terbuang sia-sia aja. Mungkin lebih baik kamu mencari seorang yang lebih baik dari aku. Yang sehat, tidak penyakitan seperti aku ini.”
“Aku akan menyembuhkanmu. Aku ingin diriku berguna bagi orang lain.”
“Tapi untuk apa lagi? Sebentar lagi aku akan semakin lemah dan mungkin aku akan mati Ren.”
“Aku akan menyembuhkanmu lebih dulu.” Rendi tersenyum kepada Ririn dengan begitu yakinnya.

Akhirnya tibalah saat dimana Rendi telah lulus sebagai seorang mahasiswa. Rendi yang pintar membuatnya tidak perlu repot-repot melamar kerja. Ia langsung di tawarkan untuk bekerja di sebuah Rumah Sakit.  Rendi yang sudah belajar dan mencari tahu tentang penyakit kanker kemudian bekerjasama dengan dokter yang sudah amat profesional tentang penyakit kanker. Mereka bekerjasama untuk melakukan yang terbaik untuk menyembuhkan penyakit yang di derita oleh Ririn.
“Rin, sekarang aku sudah di nobatkan sebagai seorang dokter. Dan sesuai janjiku, aku akan menyembuhkanmu.”
“Terimakasih Ren atas segala usahamu untuk tetap memilih bertahan denganku. Bahkan kamu rela menghabiskan waktumu untuk dapat menyembuhkanku dari penyakit ini.”
“Untuk orang yang aku sayang, aku akan melakukan apa pun juga.” Tegas Rendi

Akhirnya Rendi yang bekerjasama dengan seorang dokter profesional kanker melakukan tugasnya untuk menyembuhkan Ririn. Segala cara mereka tempuh untuk dapat membuat Ririn sembuh.

KOMA, di atas sebuah ranjang khusus pasien. Dengan mengenakan baju khusus dan sebuah jarum infus di tangan kanan yang menusuk pembuluh darah vena. Mengalirlah sejumlah cairan kimia yang begitu panas. Cairan yang digunakan para dokter untuk menyembuhkan seorang pasien penderita kanker. Sudah lebih dari 2 minggu koma. Membuat semua merasa khawatir. Semakin hari kondisinya semakin melemah. Dan akhirnya semua pun berakhir. Dia yang dulu adalah teman baiknya, yang selalu menemani kesehariannya, yang sempat menjadi kekasih hatinya. Yang selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Akhirnya harus pergi untuk selama-lamanya.
Air mata pun mengalir begitu deras dari kedua bola mata . Menangisi seorang yang begitu disayanginya harus pergi meninggalkannya untuk selamanya. Seorang yang telah berjuang keras, kini telah tiada lagi. Hanya sebuah kenanganlah yang kini dapat ia rasakan. Ayahnya menceritakan semuanya.
Dia adalah anak yang baik, bahkan begitu baik. Dia memiliki cita-cita yang mulia menjadi seorang Dokter. Ia ingin menyembuhkan orang-orang yang ia sayangi dengan tangannya sendiri. Segala cara akan ia lakukan untuk membuat orang yang ia sayang dapat sembuh. Bahkan ia tidak memikirkan kesehatannya sendiri demi untuk melihat  orang yang ia sayang dapat kembali sembuh. Dulu saat SMP ia sempat beberapa bulan berada di Rumah Sakit. Ia sempat Koma setelah menjalani Kemoterapi pertamanya. Karena ia belum siap dan kondisinya begitu lemah. Ia pun khawatir karena belum memberitahu kepada teman baiknya tentang Kemoterapi yang akan ia lakukan. Ia berpesan untuk tidak memberitahu semuanya sampai ia sehat kembali. Dan ia pun dapat kembali sehat dan menjalani kesehariannya. Dan akhirnya ia berhasil untuk menyembuhkan seseorang yang ia sayangi dari penyakit kanker. Ia menyembuhkannya dengan mengorbankan kesehatannya hingga ia tak kuat lagi menahan rasa sakit yang  ia derita. Ia menderita penyakit kanker sejak SD, itu mengapa ia bercita-cita untuk menjadi dokter dan bisa menyembuhkan orang lain. Dan akhirnya semua dapat ia wujudkan. Dialah anakku, “Rendi”.

TIDAK SELALU HARUS BERWUJUD BUNGA





Suamiku adalah seorang insinyur. Aku mencintai sifatnya yang alami dan aku menyukai perasaan hangat yang muncul di hatiku ketika aku bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus aku akui, membuat aku mulai merasa lelah. Alasan-alasan aku mencintainya dulu, telah berubah menjadi sesuatu yang MENJEMUKAN.
Aku seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif, serta berperasaan halus. Aku merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Namun semua itu tidak pernah aku dapatkan. Perilaku dan sifat suamiku jauh dari yang aku harapkan.
Rasa sensitifnya kurang dan ketidakmampuannya menciptakan suasana yang romantis dalam kehidupan pernikahan kami telah memntahkan semua harapan aku akan cinta yang ideal.
Suatu hari aku beranikan diri untuk mengatakan keputusanku kepadanya bahwa aku menginginkan perceraian. “Mengapa?” tanya suamiku dengan terkejut. “Aku lelah, kamu tidak pernah memberiku cinta yang kuinginkan,” jawabku.
Suamiku terdiam dan termenung sepanjang malam di depan kompternya, tampak seolah-olah sedang melakukan sesuatu,padahal tidak. Kekecewaanku semakin bertambah, aku melihat seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang aku harapkan darinya?.
Dan akhirnya suamiku bertanya,”Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?’’
Aku menatapnya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,”Aku punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya dan menyentuh hatiku, aku akan mengubah pikiranku. “Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di atas tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan jatuh dan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untukku?”
Dia termenung dan akhirnya berkata,”aku akan memberikan jawabannya besok’’.
Perasaanku langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah dan aku menemukan selembar kertas dengan tulisan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan “Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan aku menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan perasaanku, tetapi aku kuatkan hati untuk melanjutkan membaca suratnya.
“kamu selalu pegal-pegal saat teman baikmu datang kerumah dan aku harus menyediakan tanganku untuk memijat kakimu yang pegal.”
“kamu senang diam di rumah dan aku khawatir kamu akan menjadi aneh. Aku harus membelikan sesuatu untuk dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.”
“kamu selalu terlalu dekat menonton televisi atau saat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.”
“tanganku akan selalu memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.”
“tetapi sayang, aku tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, aku tidak sanggup bila air matamu harus mengalir menangisi kematianku.”
“sayang, aku tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan TANGAN, KAKI, dan MATAku tidak cukup untukmu, aku tidak bisa menahanmu untuk mencari TANGAN, KAKI, dan MATA LAIN yang dapat membahagiakanmu.”
Air mataku jatuh di atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku berusaha untuk terus membacanya.
“dan sekarang, sayang. Kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri di depan pintu menunggu  jawabanmu. Jika kamu tidak puas dengan jawabanku ini, sayang, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, BAHAGIAku adalah BILA KAMU BAHAGIA.”
Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaanku.
Kini aku menyadari, tidak ada orang yang mencintaiku melebihi rasa cintanya padaku. Itulah CINTA, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. SERINGKALI yang kita butuhkan adalah MEMAHAMI wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “BUNGA”.

Rabu, 17 April 2013

Di balik sebuah masalah dalam suatu hubungan


Cewek : hei, apa kabarmu? (menjulurkan tangan kepada si cowok)
Cowok : baik kok, kamu gimana? (tersenyum sembari menyambut tangan si cewek)
Cewek : baik juga J. Sudah lama ya ngga’ ngobrol gini. Eh gimana hubungan kamu dengan pacar kamu?
Cowok : hmm... alhamdulillah baik J. (si cowok mencoba untuk tersenyum)
Cewek : kamu yakin? Tapi senyum kamu itu palsu. Kelihatan kalau kamu menyembunyikan sesuatu.
Cowok : kok kamu bisa tau?
Cewek : hanya menebak saja kok. (tersenyum) kamu boleh cerita sama aku kalo kamu ada problem dengan pacar kamu.
Cowok : sebenarnya aku ngga’ tau mau cerita apa, tapi banyak yang aku ingin tau tentang perasaan cewek begitu pun perasaan cowok dimata cewek. Haah ( menghela nafas )
Cewek : misalkan seperti? ( si cewek mulai sedikit memperhatikan kata-kata si cowok)
Cowok : kira-kira apa yang cewek rasain ya waktu tau si cowoknya ternyata sering buat kesel sewaktu pacaran?
Cewek : emm, cewek sewaktu tau kalau cowoknya sering buat kesel pasti bakalan jadi ilfeel. Tapi ada juga cewek yang diemin cowoknya gitu aja.
Cowok : kenapa cewek harus begitu? Kenapa ngga’ coba untuk lebih sabar lagi kalau memang dia sayang dengan cowoknya?
Cewek : cewek itu pasti sabar. Ngga’ mungkin dia akan tiba-tiba kesel gitu aja, pasti ada sebab dari si cowok. Kadang juga si cewek pengen cowoknya tau atau peka kenapa cewek itu tiba-tiba kesel.
Cowok : terus gimana kalau cowoknya kurang peka? Apa bakal diem aja?
Cewek : biasanya cewek tetep bakalan diem, nunggun cowoknya peka.
Cowok : tapi kan ngga’ semua cowok bisa peka?
Cewek : iya juga sih, kalau cowoknya memang ngga’ peka mau sampe kapan ya ceweknya bakalan diem?
Cowok : itu dia, kadang cewek memang pengen dimengerti. Tapi kadang cewek juga ngga’ mikir apakah cowoknya orang yang peka atau ngga’.
Cewek : ya tapi kan tetep cowok lah yang harus peka.
Cowok : kalau pemikiran semua cewek seperti itu, berarti cewek itu egois dong. Pengen dimengerti tapi ngga mau ngertiin cowoknya.
Cewek : iya bukan gitu juga sih.
Cowok : iya memang, cowok paham kok kalau cewek pengen cowoknya peka. Dan pasti cowoknya juga pengen bisa begitu demi si cewek. Tapi disitu harus ada pengertian dimana kalau si cowok sudah coba untuk peka tapi tetep ngga’ bisa. Mungkin itu memang sifatnya dan cewek juga ngga’ boleh terus-terusan nunggu cowoknya peka. Kasih taulah ke cowoknya gimana peka itu. Jangan egois.
Cewek : bener juga ya. Memang kebanyakan cewek sama cowok kurang mengerti tentang itu.
Cowok : iya bener. Tinggal bagaimana kita bisa menerapkannya aja.
Cewek : (tersenyum) terus kalau cowok kenapa sewaktu ceweknya ngambek kadang ngga’ peduli?
Cowok : kata siapa cowok ngga’ peduli? Kalau sayang pasti cowok bakal peduli dengan ceweknya.
Cewek : buktinya tiap si cewek ngambek kebanyakan cowok bakal bilang ‘terserah’ ke ceweknya.
Cowok : ngga’ semua cowok bakal begitu ke ceweknya. Cowok pasti bakal minta maaf sama ceweknya, dan harus cewek tau cowok minta maaf itu gengsinya besar. Jadi kalau cowok sudah bisa minta maaf biar ceweknya ngga’ ngambek lagi itu artinya dia punya kepedulian.
Cewek : apa bener begitu?
Cowok : pikirkan dengan logika aja. Tapi cowok bakalan ngerasa bosen juga kalau si cewek kerjaannya ngambek terus. Mungkin itu kenapa cowok bakal bilang ‘terserah’ ke ceweknya.
Cewek : berarti cowok itu bosenan dong?
Cowok : kalau dia bosenan pasti cowok sudah cari yang lain tanpa mikirin cewek itu lagi. Bosen itu bukan berarti ngga’ peduli lagi. Tapi si cowok berharap ceweknya jangan terlalu sering ngambek. Cowok juga bisa ngambek, tapi cowok ngga’ mungkin mau ngambek dengan ceweknya.
Cewek : kenapa ngga’ mungkin?
Cowok : pertama mungkin karena gengsi, kedua bisa jadi karena ngga’ mau ceweknya ikutan ngambek. Dalam hal ini si cowok coba untuk menjaga hubungan mereka.
Cewek : terus kalau ceweknya ikutan ngambek kenapa?
Cowok : kalau memang cewek sayang dengan cowoknya, pasti dia bakal mikir kalau ikutan ngambek apa akibatnya. Pasti bakalan rusak hubungan mereka. Disinilah di uji hubungan seseorang dimana waktu cewek ngambek maka cowoknya harus coba minta maaf dan ceweknya pun harus bisa mengerti. Dan sewaktu cowok kesel tapi mencoba untuk tidak terlihat kesel jangan ceweknya malah semakin buat kesel. Cewek atau pun cowok harus menyikapi masalah tanpa emosi. Siapa yang pake emosi, itulah yang egois dalam sebuah hubungan.
Cewek : emm begitu ya.
Cowok : iya mungkin seperti itu seharusnya. (tersenyum) terus kalau cewek sengaja mau buat cowoknya cemburu dengan sms atau berkata mesra dengan cowok lain, apa tujuannya?
Cewek : kalau itu ya si cewek pengen lihat aja gimana respon cowoknya. Apakah cowoknya bakal cemburu atau ngga’ peduli.
Cowok : terus kalau cowoknya cemburu?
Cewek : itu yang cewek mau. Kalau cowoknya cemburu berarti cowoknya sayang dengan ceweknya.
Cowok : terus kalau ngga’ peduli?
Cewek : cewek bakalan mikir negatif. Cewek bisa aja mikir cowoknya ngga’ sayang lagi dengan dia.
Cowok : kalau menurut aku cowok ngga’ peduli itu belum tentu ngga’ sayang.
Cewek : kenapa begitu?
Cowok : bisa aja cowoknya sengaja ngga mau kelihatan cemburu dengan seolah-olah ngga’ peduli walaupun ceweknya mesra dengan cowok lain. Tapi sebenarnya si cowok ngerasa cemburu.
Cewek : terus kenapa harus begitu?
Cowok : terkadang kalau cowok mudah cemburu, pasti bakal banyak masalah nantinya. Cowok yang sengaja ngga’ mau kelihatan cemburu itu punya alasan yaitu mau jaga gengsi dan juga jaga hubungan mereka.
Cewek : cowok itu banyak gengsinya ya.
Cowok : jangan menilai begitu, terkadang cewek pun pasti gengsikan? Seperti ngga’ mau ngalah kalau lagi ngambek, pasti ngga’ mau minta maaf duluan walaupun dihatinya pengen cepet-cepet akur lagi.
Cewek : bener juga ya, kadang memang cewek juga begitu.
Cowok : ya begitulah. Terus cewek tau ngga’ kalau waktu cewek lagi bilang ngga’ mau smsan, ngga’ mau telefonan atau apa pun. Si cowok bakal gelisah dan coba segala cara biar ceweknya ngga’ ngambek lagi?
Cewek : memangnya apa yang dilakuin?
Cowok : cowok biasanya bakal sms terus, atau bakal telefon terus, sampe kadang ngilangin gengsinya untuk minta maaf sampe mereka akur lagi.
Cewek : tapi ada cowok yang diem aja tuh?
Cowok : diem bukan berarti ngga’ mau kehilangan gengsi atau ngga’ peduli. Bisa jadi cowoknya takut malah bakal tambah ribet masalahnya. Atau bisa jadi cowoknya diem biar ceweknya ngerasa tenang dulu, kalau sudah tenang barulah cowoknya mulai kontak ceweknya lagi.
Cewek : tapi kalau begitu ceweknya bisa mikir yang negatif dong kalau cowoknya ngga’ kontak-kontak?
Cowok : disini lagilah hubungan di uji. Si cowok sudah sengaja ngga’ kontak biar ceweknya bisa tenang sebelum akhirnya cowok bakalan kontak ceweknya. Tapi ceweknya juga harus mikir kalau cowoknya ngga’ mungkin ngga’ mau kontak dia. Asal cewek tau, sewaktu si cowok nunggu si cewek tenang, si cowok ngerasa gelisah karena takut ceweknya bakalan tambah marah kalau ngga’ dikontak, tapi disamping itu si cowok percaya kalau ceweknya bakalan mengerti apa yang cowok itu lakukan.
Cewek : wah ternyata seperti itu ya...
Cowok : ya begitulah. Di dalam sebuah hubungan memang sering terjadi kesalahpahaman. Itu wajar karena apa yang ada dalam pikiran cewek dan cowok itu berbeda. Tapi percayalah sekali pun berbeda tujuannya tetaplah yang terbaik untuk hubungan mereka. (tersenyum)
Cewek : jadi intinya?
Cowok : kita harus saling MENGERTI dan MEMAHAMI bahwa setiap yang dilakukan pacar kita baik itu terlihat buruk pun tetaplah dengan tujuan yang BAIK dan kita harus saling PERCAYA itu.