Jumat, 10 Mei 2013

KEMBALI (puisi)


Bagai siang yang berganti malam
Bagai hitam yang sudah pasti kelam
Baru aku sadari
Betapa bodohnya aku sebagai umatnya
Dia…
Yang telah berjuang keras
Yang telah rela mencucurkan air mata bercampur darah
Meninggalkan keluarga tercinta
Hanya demi kita
KITA…
Umatnya yang ia Cintai
Tapi.
Dimana kita disaat semua perjuangannya terjawab
Tidak ada sedikitpun teringat dalam benakku
SEMUA
Bagaikan sebuah debu yang tersapu hujan
Manusia bagai SETAN yang berwujud
Mengaku ISLAM
Tetapi berprilaku setan
Tak Ingatkah kita akan kematian
Yang sewaktu-waktu akan datang menghampiri
Hari ini aku pun sadar
Dengan kembalinya seorang keluarga kita semua
Ia membuat semua menjadi semakin nyata
Bahwa kematian tak mengenal usia
Apakah kita tahu kapan maut akan menjemput kita
Tak ada
Tak ada yang tahu
Hari ini juga melalui seutas puisi singkat
Aku akan memberi sebuah kata
KEMBALI
Kembalilah wahai saudara saudara ku
Kepada Rabb mu
Sambutlah sebuah hari baru
BERSAMA..
Mengubah malam yang kelam menjadi siang yang benderang

Kalian Para Wanita


zaman sekarang beda ya dgn zaman kamren",.
itu adalah kalimat yg sering d ucapkan para ibu" sekrg ini.
bagaimana tidak ?
zaman mereka dlu, gda yg namanya ce itu keluar bebas . pa lagi ma co.
jgn kan malam hari? siang saja ga mungkin 50% d blehin.
beda bnget sma jaman skrg ini.
anak ce' masih pada kecil", udah mikirin pcran .
yg prah lagi pcran ma yg udah pada tua" ,. ntah lyt pa nya x dri tu co.
walau sya sbgai seorang co, bkn ce . tpi w tau ce kbnykan jaman skrg itu bgtu.
untuk apa sekrg seorang co untuk anak smp ?
ga da tujuan jls, ada juga itu yg buat masa dpan rusak . krena kslahan pada awalnya.
skrg anak SMA nya, untuk apa juga ada co bnyak" ??
SMA tu beda lagi dari smp, qlu smp co masih bodo" amat.
qlu SMA co bisa nekat qlu ce nya ada co dmna",.
sadar donk klian yg ce", yg para calon istri.
jgn kalian biarin diri kalian itu habis kepake semua co yg udah pernh klian jadiin pcr.
skrg ni dah beda jauh jaman nya.
yg perlu d inget . ALLAH ! dan pembalasannya.
inget itu, kalau kalian inget itu, insyaallah kalian ga kan terlbat dlam hal seperti itu lagi.
n juga w saranin, qlu mmg mau ada pacar. cari lah co yg min. bisa al-qur'an, bisa shlat.
bisa jga ucapan, takut dgn apa yg mau d lku.in dia sndri klo itu aga mnyimpang.
yg pasti dia SHOLEH. krena dia yg bisa buat kmorng jadi wanita seutuhnya dan ga akn ngerusak klian.
jadilah kalian sebagai wanita yg sholehah.
yg tidak mmpermalukan kedua org tua mu dan bhkan kalian harus bisa membuat mereka bangga .
Wanita sholehah adalah 1/6 harta paling berharga d dunia. dan sudah pasti akan bahagia dunia dan akhirat.

Sayang Pertamaku Untukmu

kutemukan dirimu yang bercahaya diantara kemilau hatiku.
kau semakin membuat ku bersinar cerah.
bagai tanaman yang disirami air, kau tambahkan dengan pupuk yang menyuburkan.
ditiap harinya kau dapat membuatku tersenyum ketika ada dirimu.
ku ingin ada dirimu disetiap harinya.
menemaniku , hari hari ku. bersamamu penerangku.
ku coba tuk menjadi yang terbaik untuk dirimu.
dirimu yang begitu kusayangi.
ku sayang kamu. sayang kamu. sayang kamu.
ingin ku peluk dirimu.
ingin ku jadikan kau yang terindah. yang paling terbaik diantara semua.
impiku adalah dirimu.
tiada mimpi lain selain adanya dirimu di hidupku.
kau penyemangatku.
daun segar adalah aku. dan kau adalah sinar yang membuatku dapat tumbuh dengan sinarmu.
hatiku untukmu. hatimu ingin kumiliki selalu.'
tiada yang melebihimu. kau wanita terindah. terbaik.
yang pernah kutahu.
andai kau tahu perasaan ku .
ku sangat menyayangimu.
IBUKU tercinta.

Sebelum Terlambat

Hari ini hari pertama dimulainya MOS bagi anak baru SMAN 21 Bandung. Para siswa pun datang dengan hati yang senang bercampur bingung karena belum kenal satu sama lainnya.

Ting teng.
Suara bel masuk pun berbunyi. Para siswa pun bergegas dan berkumpul dilapangan.

“baiklah para siswa semua, hari ini adalah hari pertama bagi kalian di SMA ini. Kalian semua akan menjalani MOS selama seminggu yang akan dipandu oleh kakak-kakak osis kalian” tegas Pak Saiful selaku kepala sekolah di SMA 21 bandung tersebut.

Para siswa pun lalu diperintahkan untuk berkumpul menjadi satu didalam sebuah ruang aula yang berada di lantai 3. Para anggota osis pun mulai melakukan tugas mereka sebagai panitia MOS.

“ baiklah adik-adik semua, hari ini adalah hari pertama kalian.” Sambut Feri selaku Ketua osis.

“kita akan memulainya dengan perkenalan dari kami” sahut feri.

Feri pun memperkenalkan satu persatu anggota osis kepada adik-adik peserta MOS. Mulai dari Viny yang senang sekali bergurau, Farel yang senang berpenampilan lucu , Roby yang memiliki face yang cukup membuat para wanita menjadi berbunga-bunga, Anggi yang memiliki perawakan cantik, dan tentunya aku (zidni) yang memiliki wajah yang tak kalah populer nya dengan Roby.

MOS.

Setelah perkenalan diri yang cukup memakan waktu. Akhirnya dimulai MOS dihari pertama tersebut. Para osis mulai membuat para siswa-siswi baru merasa habis-habisan dikerjai. Mulai dari menyanyi didepan umum sambil berjoget, meminta tanda tangan kesemua panitia MOS, sampai ada yang dijadikan King dan Queen.

“ kaya’nya kita sudah dapet ni King dan Queen kita.” Feri meledek

“ ayo, maju yang merasa namanya Mita Ariska dan Beni saputra.”  Mereka berdua pun kaget ketika nama mereka disebut.

“ah, ga mau  ! “ sahut Beni yang malu karena dipilih menjadi King.

“ maju geh…. Masa cowo tapi ga’ berani maju ??” Feri mengejek Beni

Suara sorak pun mulai terdengar dari para peserta MOS yang lainnya.

“ maju ! maju ! maju !”

“ tapi kalo gua maju, gua di kasih apa ??” Beni menantang

“ oke, kalo berani gua bakal nyanyi untuk semua yang ada disini, setuju ?” Feri menantang kembali dengan percaya diri

“ oke deh, gua maju.” Sambil melirik ke arah Mita yang daritadi sengaja diam untuk memalingkan dirinya.

“ hei kamu, ayo maju .” ajak Beni

“ eh , iya iya” dengan kaget dan sedikit gerogi Mita pun memberanikan diri untuk maju

“ mau ngapain ni kita berdua di depan sini ??, jangan lupa nyanyi , gua udah maju kedepan ni ” Timpal Beni sambil tersenyum sengit

“ ooh, tentu aja kamorang berdua harus berakting dulu di depan layaknya Sang Putri dan Pangeran, baru nanti gua nyanyi”

“ ah, gila…! Masa acting begitu. Kenal aja belum udah mau acting gitu” Beni tampak malu

“ looh, kan ini bonus buat King dan Queen, iya ga semua nya ??” Feri membuat suasana semakin meriah

“ ah, kak. Aku malu kak, aku ga pernah acting gitu sama cowo belum kenal gini.” Mita memujuk Feri agar tidak jadi acting.

“ kenapa ?? kan ini seru.” Sahut Feri

“ tapi kan ga penting kak. Udah ah kak. Saya mau duduk lagi saya malu” Mita berlari ketempat duduk nya dengan menundukkan kepalanya.

“ haduh, kaya’nya Mita lagi malu-malu kucing ni sama Beni” Feri menyindir Beni

“ eeiittss, jangan bikin gossip donk.” Timpal Beni

Karena Mita tidak mau menjadi Queen, akhirnya dipilih lagi seorang siswi yang dipilih untuk menggantikan Mita.

“ eh, kamu yang duduk di ujung sana ayo maju” sambil menunjuk kearah siswi yang cantik lagi anggun parasnya.

Namun siswi tersebut tidak mendengar panggilan untuknya. Karena ia sedang membaca Al-qur’an yang sudah hampir khatam dibacanya.

“ hei kamu, kamu dipanggil ketua osis tuh,.” Sahut teman yang berada disampingnya.

“ oh, iya. Maaf. Aku tidak dengar” seraya berhenti membaca Al-qur’an

“ haduh, maaf ya dek. Kakak gatau kalo kamu lagi baca Al-qur’an, yasudah lanjutkan lagi aja dek.” Jawab Feri kepada siswi berparas anggun itu.

Akhirnya dipilih lagi Queen yang lainnya yang dipilihkan oleh Roby dan Viny. Rini lah yang akhirnya dipilih oleh mereka dengan paras yang cukup cantik dengan rambutnya yang terurai. Sedangkan siswi yang tadi sempat menjadi pilihan Feri membuatku jadi penasaran. Dimana ketika yang lain sedang asik-asiknya melihat teman-teman mereka dikerjai, ia malah sempat-sempatnya membaca Al-qur’an.

14.15

Tak terasa waktu sudah memasuki jam pulang. Para siswa-siswi peserta MOS pun langsung bertebaran bagai semut dilapangan. Aku yang masih penasaran dengan siswi yang membaca Al-qur’an itu pun sempat menunggunya di dekat gerbang sekolah untuk mengenalnya lebih jauh.

“ mana sih anak tadi, ko’ ga lewat-lewat” gurauku dalam hati

Tiba-tiba tepukan tangan dipundak ku membuatku tersentak kaget.

“ heii.. Zidni, lagi ngapain kamu disini?” Tanya Anggi sambil tertawa melihatku yang sedang kaget karena tepukan Anggi yang datang tiba-tiba.

“ah kamu nggi. Gua kira hantu tadi. Ngagetin aja”

“hahaha, masa ia ada hantu cantik begini disiang bolong”

“ What??? Cantik ? narsis banget kamu tu nggi, hehe”

“ ia donk cantik, masa aku ganteng. Kan aneh? “ balas Anggi

“ haha, bisa aja kamu becanda gitu” timpalku yang bingung mau membalas apalagi

“ ya bisa donk…Anggi gitu loch.. eh, Btw ngapain disini , bukannya pulang malah diem depan gerbang kaya satpam aja, haha”

“ enak aja, tampang udah tampan begini dibilang satpam ! gua ni lagi nunggu seseorang disini, tapi tu anak ga lewat-lewat daritadi” balasku sambil clingak clinguk

“ ciiiyyyeeee,,. Lagi nunggu seseorang ni, siapa sih orang nya, jai penasaran. Zidni yang biasanya cuek sama orang sekarang malah nyariin seseorang :p “ sindir Anggi sambil tertawa  kecil.

“ ah kamu ni nggi, gua ni lagi nunggu anak cewe tadi yang dipilih Feri jadi Queen itu”

“ooh, Si Mita toh yang kamu tunggu, dia udah pulang daritadi kali .”

“ ah bukan dia, yang tadi itu loh yang lagi baca Al-qur’an. gua juga belum tau namanya siapa “ masih sambil clingak-clinguk

“ ooh, anak itu , tadi kaya’nya dia lagi ada di deket mushola, mungkin dia lagi sholat disana”

“ yang bener? Kalo gitu gua kesana dulu ya nggi. Makasih infonya” seraya pergi meninggalkan Anggi sambil berlari

“ iya sama-sama” balas Anggi sambil keheranan

14.30

Setelah berlari dengan cukup terburu-buru aku pun sampai di depan mushola untik menemui siswi yang berparas anggun itu. Dan tak lama aku sampai disana ia pun keluar dari mushola dan langsung melihat kearah ku yang masih terengah-engah menarik nafas.

“ maaf, kakak anggota panitia MOS tadi kan ?” Tanya siswi itu dengan lemah lembut

“ ada yang sedang kakak cari disini ? kakak sepertinya lelah sekali”

“ oh ngga’ dek, aku kesini mau ketemu kamu dan berkenalan dengan kamu “ sambil menjulurkan tangannya

“ ooh kak, maaf. Aku ngga’ bisa jabat tangan kakak. Nama ku fathia kak, fathia salsabillah. Panggil aja fathia”

“ iya ga pa pa dek, maaf kurang sopan gini. Em, jadi nama kamu fathia, nama yang bagus”

“ terimakasih pujiannya, ada perlu yang lain ?” Tanya fathia lagi

“ oh ngga’ ngga’, Cuma mau kenal kamu aja ko’.” Balas ku

Perkenalan dengan fathia adalah awal mula dari terbentuknya suatu perasaan baru didalam diriku yang sebelumnya tak pernah ku rasakan.

Malam hari

“ Fathia Salsabillah, namanya indah , buat gua jadi inget dia terus setiap nyebut nama itu”
Melamun memikirkan fathia seraya melihat kearah jendela yang terbuka.

“ ya ampun. Daritadi yang gua inget Cuma fathia terus. Sampe gua lupa nutup jendela.” Ocehku sendirian

“ tapi perasaan apa ini ? baru kali ini gua ngerasa kaya gini. Apa jangan-jangan gua suka sama dia ya ? ah ga mungkin” dengan sedikit memaksakan hati

Sekolah

Hari demi hari pun akhirnya berlalu beriringan dengan berakhirnya MOS yang mempertemukan antara aku dan fathia. Namun, dari hari kedua hingga sekarang ia tak pernah menampakkan lagi wajahnya yang anggun itu di sekolah ini.

“ Roby, lo liyat fathia ga akhir-akhir ini,?” tanyaku sambil garuk-garuk kepala

“ fathia mana? Banyak yang namanya fathia kali” sahut Roby

“ itu loh, anak baru itu, yang waktu MOS malah baca Al-qur’an itu”

“ oalah, gua kira fathia yang kelas XII.A2”

“ ya ya ya, sekarang jawab pertanyaan gua tadi dulu” pintaku dengan nada yang sedikit kesal

“ eeiiittsss, santai Bro, gua juga belum liyat dia dari waktu MOS hari kedua itu sampe sekarang. Gatau deh kemana dia, pindah sekolah kali.”

“ ga mungkin ! “ dengan nada yang kesal dan langsung pergi meninggalkan Roby begitu saja

“ kenapa kali tu anak?” Roby pun dibuatnya bingung

Di ruang osis

“ hey Guys, lagi pada ngumpul ni, ngomongin apaan sih ?” seru Viny sambil menarik kursi dan langsung duduk

“ hello Vin, sini gabung “ ajak Farel

“ iya ni kan udah gabung kali. Mau gabung gimana lagi coba ??” balas Viny sambil memasang wajah lucunya

“ hahaha, dasar Farel. Ganteng-ganteng tapi…..” kalimat Anggi pun terhenti setelah tiba-tiba Roby datang dengan berteriak.

“ WOY SEMUA ! “ Roby berteriak dengan kencang sehingga mengagetkan semua temannya

“ Hei Rob, bisa santai dikit ga sih kalo ngomong ! ga usah bikin orang jadi kaget gitu” Viny memaki Roby yang baru saja datang

“ iya lo tu Rob, bikin gua sama Anggi hampir copot tau ga jantung nya” Farel membela Viny

“ hey , tenang dulu . gua sengaja teriak gara-gara ada yang mau gua certain ma lo lo pada” tegas Roby sambil merangkul Viny dan Farel.

“ memang nya ada cerita apa ? penting tah ?” Tanya Anggi yang daritadi belum berkata apapun kepada Roby

“ oke oke, jadi gini. Tadi gua kan lagi jalan di lapangan, gua ketemu sama Zidni terus dia nanyain ke gua tentang anak baru yang kemaren itu ke gua”

“ anak baru yang mana, kan banyak anak baru disini” sahut Farel

“ makanya diem dulu, gua ni baru mulai.”

“ haha, sory-sory, keburu nepsong gua pengen tau cerita lo” Farel tertawa

“ anak baru yang kemaren itu tuh, em, siapa ya tadi namanya, kalo ga salah farah, eh bukan fatimah, eh fathia dink. Haha , nah tadi kan dia nanyain, gua jawab gua gatau dia dimana en kemana aja selama ini, terus gua bilang kali aja dia pindah kesekolah laen, tapi dia malah marah terus pergi gitu”

“ ooh, mungkin anak yang waktu itu dia tunggu di gerbang sekolah, iya aku inget sekarang” sahut Anggi menambah cerita dari Roby

“ jadi lo tau nggi sama anak itu ? “ Tanya Roby

“ iya aku tau, waktu itu aku sama Zidni lagi bercanda di gerbang sekolah, tapi dia keliyatan lagi nunggu seseorang gitu, aku tanya dia nunggu siapa. Ternyata lagi nunggu anak itu”

“ terus gimana lagi ?” tanya Viny penasaran

“ terus aku kasih tau ke dia kalo dia lagi ada di mushola, eh dia malah langsung pergi gitu aja ninggalin aku di gerbang”

“ wah, ada apa ya sama Zidni?”

Teman-teman Zidni pun mulai curiga terhadap kelakuan Zidni terhadap Fathia. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk bertanya langsung pada Zidni.

Di kantin

“ hey Zidni” teman-temannya sesama anggota osis memanggilnya

“ iya , ada apa kamorang dateng rame-rame gini? Mau minta traktirin ya ?” kataku sambil membayar makanan yang kubeli

“ ah ngga’ ko’ , kita Cuma mau tanya aja sama kamu” jelas Anggi

“ ooh, mau tanya apa ? penting ni aga’nya?”

Mereka pun bertanya tentang sikap Zidni yang akhir-akhir ini mencurigakan. Satu persatu pertanyaan mereka lontarkan kepada nya. Hingga jelas semua nya bahwa Zidni menyukai Fathia dan ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

“ oh, jadi gitu ceritanya” sahut mereka semua kompak

“ iya begitulah, tapi gatau kemana dia akhir-akhir ini” dengan nada yang lemas aku pun meninggalkan teman-temanku dan pergi dari kantin itu


Esok hari

Langit yang cerah di warnai dengan sinar mentari yang kuning melekat membuka hariku di pagi ini. Ku langkahkan kaki menuju gerbang sekolah dan berharap ia pun akan masuk sekolah hari ini. Tengok ku kebelakang. Tetapi ia tak ada juga. Hingga bel masuk pun berbunyi. Selama aku dikelas yang kupikirkan hanya kemana Fathia pergi. Apakah benar ia sudah pindah?. Begitulah aku yang merasa kehilangan sesosok orang yang baru pertama kali kutemui. Hingga bel istirahat pun berbunyi.

“ hei Zidni, kamu ga ke kantin ? udah istirahat ni” ajak Anggi

“ oh iya nggi. Ayo ke kantin” balasku sambil beranjak dari kursi lamunanku

Tiba-tiba saat sedang diperjalanan menuju kantin mataku tertuju pada sesosok wanita yang juga cantik dan berperawakan anggun. Akupun mulai merasa malu pada diriku sendiri yang menunggu seseorang yang tak lagi kutemui dan akhirnya kutemukan penggantinya disini.

Hari demi hari kulalui tanpa ku lihat bayang dari Fathia. Akhirnya aku pun memutuskan untuk mendekati wanita cantik nan elok itu yang tak asing lagi namanya, ia Siska. Dan semakin hari aku semakin dekat dengan nya. Hingga akhirnya muncullah sosok yang selama ini kunantikan saat ku sedang bersama siska. Alangkah terkejutnya aku saat itu.

“ Fathia ??” tanyaku

“ ini kamu kan? Kemana saja kamu? Aku sudah menunggu-nunggu kamu” seruku sambil memandangnya dengan tatapan rindu.

“ eh kakak, aku baru bisa masuk hari ini kak, ada urusan waktu itu” tetap dengan suara lembut dan wajah yang anggun nya

“ kenapa kamu ga’ kasih kabar apa-apa ke aku ?” tanyaku

“ hehe, aku kan ga’ punya nomor hape kakak, mau ngasih kabar gimana coba? Oia, itu pacar kakak ya ? tanya fathia dengan lembut padaku

“ oh, bukan . itu Cuma temen deket kakak aja, kakak juga baru kenal”

“ cantik nya dia, andai saja kakak menjadi pasangannya, pasti cocok sekali”

“ ah ngga’ dek, dia bukan sapa-sapa ko’ , Cuma temen aja ga’ lebih” aku menghindari pertanyaan nya yang lebih mendalam

“ oia , mau ke kantin ga dek ?” ajak ku

“ oh, ngga’ kak. Aku mau ke kelas saja,” balasnya dengan tersenyum kepadaku yang mana ini adalah senyuman pertama yang kulihat dari wajahnya yang anggun itu.

Setelah beberapa lama tak bertemu dan akhirnya bertemu secara mendadak, ini semua membuatku sadar bahwa aku hampir saja khilaf. Aku hampir melupakan Fathia yang telah membuatku hampir gila karenanya.


Hari demi hari mulai kulalui hampir selalu bersama Fathia. Sampai akhirnya aku bertanya.

“ em, fathia. Kamu sudah pernah pacaran ?” tanyaku malu-malu

“ belum kak, aku juga tidak tau bagaimana rasanya pacaran itu, tapi kelak aku ingin ada yang menyayangiku dan hanya untukku.” terang fathia sambil tersenyum untuk kedua kalinya.

Disaat ia berkata itu, akupun merasa bisa menjadi pacar pertama bagi fathia.dan  merasa bahwa mungkin saja fathia akan menerimaku. Tapi berat bagiku karena ini adalah yang pertama bagiku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melamarnya dengan sebuah cincin emas dari hasil tabunganku agar kelak setelah lulus sekolah ini aku bisa menjadikannya sebagai istriku, tidak lagi sebagai pacar saja. Namun, suatu ketika.

“ kemana fathia hari ini? Apa dia tidak masuk lagi?” keluhku

Aku mencari nya kemanapun di sekolah bahkan bertanya kepada teman sekelasnya tapi tidak ada yang tau. Dan lagi-lagi selama beberapa hari aku tak bertemu dengannya.
Hingga akhirnya aku pun mencari alamat rumah nya dari buku siswa milik wali kelasnya dan kutemukan alamatnya.


Dirumah fathia

“assalamu’alaikum” salamku yang ingat bahwa fathia adalah anak yang sholehah

“ wa’alaikumsalam,” seorang ibu pun keluar dan bertanya

“ cari siapa ya dek? “

“ oh, aku mencari fathia bu,”

“ oh fathia, adek ini siapa ya ?”

“ aku Zidni bu, teman fathia”

“ ooh, jadi kamu yang namanya Zidni itu, ayo silahkan masuk” ajak Ibu itu

“ em, fathia nya dimana bu?” tanyaku

“ fathia ? fathia ada sedang tertidur. Kamu datang kesini ada perlu apa?” dengan memasang wajah murung

“ aku kesini mau ketemu fathia bu, akhir-akhir ini dia tidak masuk sekolah, ada apa ya bu dengannya ?” tanyaku penasaran

“ Zidni.. sebelumnya ibu ingin berterimakasih padamu.”

“terimakasih untuk apa bu?” tanyaku heran

“ kamu adalah seorang yang istimewa bagi fathia, dia selalu bercerita tentang kamu yang setiap hari menghiburnya. Bahkan kamu bisa membuatnya tersenyum lagi. Ia sangat bahagia, bahkan sangat bahagia karenamu. Mungkin kamu adalah cinta pertamanya. Dan ia pernah bermimpi ingin menjadi kekasihmu dan menikah bersamamu. Namun, itu semua adalah keinginannya yang tertunda selamanya. Karena ia telah tiada lagi sejak beberapa hari yang lalu. Ia telah meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya selama lebih dari 15 tahun ia hidup. Namun sebelum ia meninggal. Ia masih dapat tersenyum, dan ia berpesan padaku untuk menyampaikan sebuah pesan darinya.”

“ibu, tolong katakan pada kak Zidniku tersayang, bahwa aku sangat bahagia bisa mengenalnya.bisa berbicara sedikit kata dengannya. Aku sangat sayang dia bu, aku ingin selamanya berdua dengannya, aku ingin ia menjadikanku sebagai kekasihnya. Inilah keinginan terakhirku sebelum nyawaku habis. Aku ingin dia tau bahwa sesungguhnya dialah nyawaku untuk bisa bertahan hidup. Bahkan sewaktu aku tidak bisa sekolah karena sakit yang kuderita ini, aku masih bisa menguatkan diriku untuk kembali kesekolah. Tidak lain hanyalah untuk bertemu dengannya. Jika saja aku dapat sembuh dari penyakitku ini. Aku ingin dia datang padaku saat ini. Untuk melamarku dengan cincin di jari manisku ini. Tapi, TUHAN berkata lain, aku sudah tak akan bisa melihatnya lagi. Dan akupun tak akan bisa menjadi kekasihnya. Ibu terimakasih bila kau telah menyampaikan pesan ku ini untuk kak Zidni. Karena dengan ini, aku pun akan tenang disana….”

Cincin yang sudah ku bawa seakan tiada berguna lagi. Air mataku bercucuran seakan tidak percaya orang yang selama ini aku sayangi dan ingin kulamar telah tiada lagi didunia ini. Andai saja saat itu aku menyatakan perasaanku padanya, mungkin aku akan bisa membuatnya lebih tenang disana. CINTA pertamaku, telah hilang dimakan waktu.
Aku pun menyesali diriku yang tidak bisa memberikan apa yang ia inginkan sampai ia menutup usianya.


==cerita ini hanyalah sebuah penggambaran mengenai kehidupan seseorang yang mencintai. Cerita ini juga diangkat dari cerita nyata yang telah sedikit disunting.

Mungkin kisah ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita. Bahwa membahagiakan orang lain tidaklah harus menunggu kita untuk bahagia. Karena di saat kita dapat membahagiakan orang lain, maka kita dapat merasakan kebahagiaan itu juga.

J FIN J


cerpen pertama nih, sya buat karena tertarik melihat temen-temen yang pada pinter mengarang cerita. jadi maaf kalo ceritanya kurang menarik or bahasanya bikin bingung. maaf juga kalo ceritanya norak dan ga jelas dan singkat lagi. tapi bagi yang mau baca dan ngasih masukan buat cerita ini, saya berterimakasih. :)

paradigma


pernahkah kamu berpikir bahwa hidupmu adalah cukup?
atau serba kekurangan?

sedikit kata dariku " lihatlah kebawah dikala kita berada diatas, dan lihatlah dibawah lagi dikala kita ada dibawah juga"

terlahir dari sebuah keluarga yang berkecukupan sering membuat seorang anak menjadi lebih suka menghabiskan uang dengan sia-sia. tidak jarang mereka menghabiskan uang yang dicari oleh orangtua mereka dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. padahal, apabila mereka melihat kebawah, mereka akan melihat betapa susahnya oranglain untuk mencari seribu rupiah saja. beginilah moral anak bangsa yang tak dibekali pemahaman oleh orangtuanya.
andai saja kita lahir dari kalangan orang bawah, mungkinkah kita akan menghabiskan uang dengan sia-sia?
pasti tidak, karena kita akan menghargai uang yang kita cari dengan susah payah dengan membanting tulang bermandikan keringat.
tetapi, orang yang berada dibawah juga tetap melihat yang lebih dibawah mereka lagi, mereka tahu rasanya menjadi yang dibawah. maka mereka tidak rela uang yang mereka dapat dihabiskan untuk hal-hal yang sia belaka.
tetapi juga, mereka masih dapat memberi sesama walau mereka hidup susah.
sangat mengagumkan.

adakah kita yang terlahir dari kalangan atas yang berkecukupan seperti mereka yang rela memberi sebagian harta kita untuk oranglain?
cobalah.
berikan sedikit hartamu itu. walau itu sedikit, tapi itu sangat berharga bagi mereka.
bila saja kau enggan untuk memberi kepada mereka. berilah kepada sesama temanmu yang membutuhkan.
lihatlah sekelilingmu, tidak semua temanmu secukup kita . bahkan ada kalanya mereka tidak membelikan uang mereka untuk membantu meringankan beban orang tuanya.
namun kita? kita yang sudah cukup. kita masih terus meminta dikala uang kita habis.
MALU !
malu lah kau bila ingin terus seperti itu!
cobalah untuk memelihara amanat dari orangtua kita.
kita diberi 10rb. maka jadikanlah 10rb itu bermanfaat dan harus habis disaat waktu yang ditentukan. jangan habis disaat waktu belum jatuh tempo.

saya telah belajar untuk menghargai itu. saya mencoba untuk tidak menghabiskan uang yang diberikan orangtua saya dengan sia-sia. bagaimana caranya ?
saya hanya mencoba mandiri. saya tidak meminta lagi jika sudah diberi uang amanat. walau uang itu habis sebelum jatuh tempo. namun, uang yang habis itu tidak lah habis dengan sia-sia pula. uang itu saya gunakan untuk keperluan sekolah, untuk membeli pulsa, untuk membayar uang KAS kelas, untuk membayar tugas kelompok, untuk membeli bensin motor, untuk membeli hadiah teman yang ulang tahun, untuk sedekah, untuk meminjamkan kepada teman yang membutuhkan dan juga memberi teman dikala teman butuh. dan semua itu saya lakukan dengan hanya -/+ dua minggu dari saya mendapatkan uang itu. minggu selanjutnya saya sudah mulai kehabisan uang. namun disinilah hikmahnya. sekalipun uang amanat habis, karena saya tidak menyia-nyiakan uang itu, maka rezeki datang dengan sendirinya dan terkadang melebihi apa yang diberi oleh orangtua saya.
tidaklah saya pernah merasakan kepuasan dengan uang yang saya miliki, tetapi saya merasa puas dikala dengan uang itu saya bisa melakukan segalanya dengan sendiri dan dapat membantu teman-teman saya.

uang yang saya dapat dari amanat orang tua saya ( 1bulan = 150.000,- ) mungkin tidaklah lebih banyak dari yang kalian semua dapatkan dari orangtua kalian.

merasalah cukup akan apa yang kalian dapatkan. dan berusahalah untuk mandiri.

Motivasi .. Maaf Copas, tapi bagus juga dibaca

Kisah kesuksesan nyata – Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anakya, kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya,
Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku
Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku
Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku
Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku
Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku
Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do’amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu, Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?
Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???

……Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….
………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?
………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ? ”

Read more: http://infobisabanget.blogspot.com/2012/03/kata-motivasi-3.html#ixzz21zpXeasd

#Cerpen... Apa Arti Sebuah Cinta ?


===***===

Aku pun tak dapat menahan lagi air mataku yang sudah tak terbendung lagi saat kulihat seorang pria  dihadapanku dengan selembar foto kecil ditangan kiri nya. Dan saat kutemukan secarik kertas buram didekat pria  itu.

===***===

Seperti biasa di Pagi hari ini aku segera bergegas untuk pergi bekerja disebuah Salon Kecantikan yang letaknya tak jauh dari Stasiun Kereta Api yang ada didaerah tempat tinggalku. Hari ini aku berangkat lebih awal dari hari biasa, dimana biasanya aku pergi sekitar pukul 08.00 Pagi.  Dengan langkah pasti kuberjalan menuju Beauty Salon dan separuh perjalananku terhenti oleh seruan seseorang yang memanggil namaku.

“Sinta, Sinta, Hei Sinta ! Disini !”  aku pun menoleh kebelakang mencari asal suara yang memanggil namaku tadi. Ternyata itu Dian, rekan ku di Beauty Salon.

“Hei Dian, tumben kamu pergi pagi-pagi gini ?” tanyaku sambil mendekatinya

“Iya ni, aku bosen datang telat terus. Jadi untuk hari ini aku sengaja berangkat lebih pagi.” Balasnya padaku

“oh, jadi gitu. Kebetulan deh aku juga berangkat pagi, terus ketemu kamu, jadi ada temen ngobrol nih.” Sembari aku berjalan bersama Dian menuju Beauty Salon.

“hehe, iya nih Sin. Aku juga jadi ada temen ngobrol biar ngga’ jenuh selama perjalanan.” Dengan senyum kecilnya menghiasi wajahnya yang anggun itu.


Selama diperjalanan Aku dan Dian terus berbincang-bincang . Namun tiba-tiba saja seorang pria tampan dengan motor Kawasaki Merah datang menyampiri kami. Ternyata pria itu adalah Pacar temanku “Dian”. Sedikit terasa iri dihatiku karena sampai saat ini aku belum pernah merasakan yang namanya memiliki seorang pacar.

“Sayang, kamu mau kerja ya? Ayo naik Motorku aja, biar aku antar kamu”. Sambil tersenyum kepada Dian yang berdiri seperti orang kebingungan.

“Em, gimana yaa?? Aku mau sih , tapi Sinta gimana ?” dengan wajah kebingungan.

“Maaf Dian, ngga’ apa-apa kok, aku jalan sendiri aja. Kan memang sebelumnya aku pergi sendiri.” Aku mencoba mencari alasan.

“tapi kan aku ngga’ enak sama kamu Sin” Balas Dian kepadaku

“Sudah, duluan aja. Ngga’ enak sama pacar kamu tuh.” Balasku lagi

“Maaf ya Sin, kalau gitu aku duluan ya.” Dian pun mulai menaiki Motor milik pacarnya dan perlahan meninggalkanku.

Seperti biasa, aku pun pergi seorang diri menuju Beauty Salon. Tanpa teman yang sekedar untuk mengobrol. Hanya aku dan tas milikku saja. Aku pun berjalan terus dan terlintas dibenakku tentang rasa iri yang sempat menyerang perasaanku saat Dian bersama pacarnya. Kapan aku punya Pacar ya? Apakah nanti Pacarku tampan seperti pacar Dian? Aku pun terus bertanya pada diriku sendiri dan tak ku sadari aku berjalan ditengah-tengah seorang Fotografer yang sedang memfoto seorang Model. Namun tak sengaja aku menghalanginya dan akhirnya aku yang terfoto oleh fotografer itu.

“Maaf, Maafkan aku.” Aku pun meminta maaf kepada Fotografer itu.

“Iya tidak apa-apa. Lain kali jangan melamun kalau lagi berjalan ya.” Jawab Fotografer itu dengan senyuman manis dibibirnya.


Aku pun melanjutkan perjalananku menuju Beaty Salon. Terbayang dibenakku wajah Fotografer tadi, Tampan. Itu lah yang aku ingat darinya. Sempat terfikir olehku andai saja aku bisa melihatnya lagi. Dengan terus melangkah dan berkhayal tak sadar aku sudah hamper sampai di tempatku bekerja.
Tak berapa lama akupun sampai di Beauty Salon dan aku pun bergegas untuk bekerja dan sejenak kuterlupa akan kejadian di Pagi ini karena kesibukanku.


===***===

Keesokan harinya akupun sudah tak lagi memikirkan tentang kejadian kemarin. Aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Memotong rambut, Krimbat, dan lain-lain kukerjakan di Salon ini. Walaupun aku masih pemula di Salon ini namun apa yang aku lakukan selalu mendapat pujian dari para pengunjung. Karena itu aku berusaha untuk memberikan yang terbaik yang aku bisa untuk para pengunjung di Beauty Salon ini. Saat aku sedang meng-krimbat rambut seorang pengunjung tanganku  pun terhenti ketika ku melihat seorang Pria datang. Ya benar, itu adalah Fotografer yang kemarin. Tak aku sia-siakan kesempatan yang mungkin hanya sekali ini.


“Hei Dian, biar aku saja yang melayani Pria ini, kamu tolong teruskan kerjaanku meng-krimbat rambut Mba’ itu aja ya.” Sembari aku mendatangi Fotografer tampan itu.

“Em, yasudah kalau gitu. Tapi jangan teledor ya, kamu kan belum pernah melayani pengunjung pria selama ini.” Dian menasehatiku.

“Oke. Tenang aja.”


Dengan sedikit gugup aku pun mulai melayani Fotografer itu yang sedari tadi sudah siap untuk dikrimbat. Aku pun sedikit memberanikan diri menyentuh rambut Pria itu karena sedari tadi pria itu telah memejamkan kedua matanya. Mungkin ia lelah ataupun terlalu rileks.
Dengan hati-hati aku meremas rambut dan memijat kepala pria itu. Hingga tak sengaja sedikit busa dari rambut Pria itu jatuh menuju matanya. Aku pun gugup dan segera membersihkannya. Sejenak Ku pikir pria itu akan marah kepadaku, namun saat pria itu melihatku, dia malah tersenyum padaku. Aku pun merasa tersipu olehnya dan meminta maaf karena kesalahanku tadi.
Tak lama Pria itu pun pergi dan ia pun terlupa akan topi miliknya yang tertinggal di Salon ini.

“Dian, kamu tau ngga’ Pria yang tadi ?” aku bertanya kepada Dian berharap ia kenal dengan Pria Fotografer itu.

“Oh Pria yang tadi itu. Dia kan seorang Fotografer. Dia kerja di dekat sini kok. Ada Galeri foto miliknya didekat sini. Memangnya kenapa hayoo ?” Tanya Dian padaku dengan lirikan menyindirku.

“Em, Ngga’ kok, Ngga’ apa-apa , tadi dia lupa  meninggalkan topinya disini, aku mau kembalikan topinya aja.” Jawabku dengan sedikit malu.

“Haha, iya iya, aku juga Cuma becanda kok. Yasudah kamu antar saja topinya nanti sepulang kerja.”

“Oke.” Balasku dengan tersenyum.



Setelah aku selesai melakukan pekerjaanku di Beaty Salon aku pun pergi ke Galeri milik Pria itu.  Sudah jam 4 Sore. Ku pikir mungkin sudah tutup. Kaki ini terus melangkah saja menuju Galeri yang kata Dian ada didekat sini dan akhirnya ku lihat sebuah bangunan Bertuliskan Robi Foto Galery. Aku pun mendekati Galeri itu dan ku lihat dipintu masih tertera tulisan “OPEN”. Ku buka pintu itu dan mulai kulangkahkan kaki kedalam. Betapa takjub ketika kulihat begitu banyak nya Foto-foto hasil sebuah karya Fotografer handal. Dan sejenak aku pun terkejut ketika melihat sebuah foto di hadapanku.

“Hah? Ini kan foto ku? Kenapa bisa ada disini?” aku bertanya didalam hati dan mencoba berfikir.

“Em, Hai Nona. Ada perlu apa?” seorang pria menegurku dengan senyuman yang manis. Ternyata pria itu Fotografer yang sedang aku cari. Sungguh kebetulan.

“Oh, Ini aku mau kembalikan topi mu yang tertinggal di Beauty Salon tempatku bekerja.”

“Oh ya, Terimakasih. Aku mencari-carinya daritadi ternyata tertinggal disana. Maaf ya sudah merepotkan.”

“Iya ngga’ apa-apa, kalau gitu aku permisi pulang dulu.”

“Eh, jangan buru-buru. Kita bisa ngobrol-ngobrol sebentarkan? Oiya, Aku Robi Fardian. Panggil aja Robi, kalau kamu?”

“Em, aku Sinta Yusmitia.” Jawabku dengan sedikit malu-malu.

“Sinta? Nama yang indah. Sangat pantas dengan wajahmu. ” Puji Robi padaku.

“Hehe, terimakasih pujiannya. Oiya, Foto yang dipajang itu Foto ku bukan?”

“Oh itu, ya benar. Itu fotomu yang kemarin tak sengaja ku ambil saat aku mau memfoto Model untuk bahan kerja ku.”

“Terus untuk apa kamu pajang disini? Padahal masih bisa digantikan dengan yang lain kan yang lebih bernilai seni”

“Ya memang bisa dibilang begitu. Tapi kalau dilihat secara mendetail, ini jauh lebih berseni bagiku. Dengan karakter wajahmu yang halus dan putih bersih. Kamera pun tak bisa berbohong lagi.”

“Benarkah seperti itu? Padahal aku ngga’ melihat seninya sama sekali. Tapi terimakasih lagi atas pujianmu.”

Aku pun tersenyum dan terus melanjutkan perbincanganku dengan Robi. Sampai pada akhirnya Robi mencoba menawariku untuk menjadi bahan Model untuk karyanya. Sebelumnya aku ingin menolak karena aku tidak pernah dijadikan Objek Foto. Namun bila aku menerimanya kupikir aku bisa terus dekat dengan Robi. Aku pun menerima tawarannya dan hampir setiap pulang dari bekerja kusempatkan diri untuk datang ke Galeri milik Robi. Dengan sedikit pengalaman menjadi seorang Model Foto, lama-kelamaan aku pun mulai terbiasa. Hingga aku dipilih menjadi model utama Robi.


===***===

Seminggu telah berlalu sejak pertama kali aku berkenalan dengan Robi. Entah apa yang kurasa saat ini. Hatiku terasa amat senang saat dekat dengannya. Bergetar saat ia menyanjungku dengan kata-kata manisnya. Sungguh aku merasa senang akan ini semua. Aku pun sempat berkenalan dengan Rendi adik dari Robi. Hampir setiap harinya kami selalu bersama baik dalam  sesi pemotretan sampai jalan-jalan  untuk refreshing. NAmun, Malam  ini Aku pergi dengan Robi untuk jalan bersama, ku pikir ini adalah sebuah kencan. Kencan pertamaku.

“Robi, kita mau kemana?”

“Aku mau mengajak kamu makan malam. Jarang-jarang aku mengajak seorang wanita makan malam seperti ini loh.”

“Jadi aku termasuk yang beruntung ya bisa diajak kamu makan malam, hehe.”  Canda ku padanya

“Justru aku yang beruntung bisa mengajak kamu makan malam. Nah kita sudah sampai.”

Restauan yang megah dan besar ada dihadapanku. Tak pernah sebelumnya aku berpikir untuk bisa makan ditempat semewah ini. Aku pun turun dari Motor dan berjalan berdampingan dengan Robi menuju pintu masuk. Didalam aku semakin Terhanyut dalam suasana kemewahannya. Aku dan Robi duduk di pojok Restauran dimana disana kami dapat melihat pemandangan Pantai dimalam hari. Sungguh indah.

“Sin, kamu mau pesan apa?”

“Eh, aku terserah aja, seperti kamu juga ngga’ apa-apa.”

Robi pun memesankan beberapa makanan mewah dan juga minuman segar untuk kami berdua. Tak perlu menunggu lama hidangan pun datang dan kami mulai menyantap makanan yang belum pernah aku makan sebelumnya bahkan aku tidak tahu apa namanya. Saat aku sedang menikmati makanan yang lezat ini tiba-tiba saja Robi menanyakan sesuatu yang mengejutkan ku.

“Sinta, mau kah kamu jadi pasanganku?” Tanya Robi dengan suara yang amat jelas

“Hah? Apa?” aku pun kaget dan sempat tersedak oleh makanan yang sedang aku makan. Robi pun langsung memberiku segelas air putih yang tersedia dimeja kami.

“ Maaf Sin, aku ngga’ bermaksud ngagetin kamu, aku Cuma mau ngomong yang jujur tentang perasaanku aja.”

“Tapi apa kamu ngga’ salah mau menjadikanku pasanganmu?”

“Aku percaya aku ngga’ akan salah pilih.”

“Hm, Sebenernya aku juga memang suka sama kamu dan pernah berharap bisa jadi pasanganmu.”

“Benarkah? Kalau gitu kamu menerima aku?”

“Entah lah, Tapi bila memang kamu benar ingin aku menjadi pasanganmu, kenapa tidak?”

“Yeaahh,, itu jawaban yang aku tunggu. Terimakasih Sinta. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik bagimu.” Balas Robi dengan semangat

Aku pun merasa senang akan hal ini. Akhirnya aku memiliki seorang kekasih atau biasa disebut pacar.
Sampai kami pulang dari Restauran yang mewah itu aku masih terus terfikirkan dengan kata-kata Robi tadi. Akhirnya perjalanan baru dihidupku pun dimulai sejak malam ini.

===***===

Beberapa hari setelah malam yang sangat indah itu. Robi yang masih Sibuk dengan pekerjaan nya untuk mencuci Foto harus berhenti sejenak karena sebuah telefon dariku.

“Rendi, tolong bantu aku melanjutkan foto yang sedang kucuci ini ya. Aku mau pergi sebentar menjemput Sinta.”

“Iya kak, tenang saja. Kakak jemput aja mba’ Sinta. Diluar sedang hujan jangan lupa bawa payung.”

Robi pun bergegas untuk pergi dan sebelumnya ia menaruh botol cairan Ilford yang biasa digunakan untuk membantu dalam proses pencucian foto diatas lemari didekat sebuah baterai Cas cadangan untuk kamera miliknya. Tak lama Robi pun datang menjemputku dengan sebuah payung ditangannya. Kami pun berjalan menyusuri deras nya air hujan menuju Galeri Robi. Sesampainya di Galeri, ku lihat selembar foto ku dan foto Robi dimeja. Ku rekatkan kedua foto itu menjadi satu hingga terlihat seperti kami sedang foto bersama dan kutempelkan didinding dekat pintu masuk.

“Hai Sin, kamu sedang apa?” Tanya Robi padaku sembari memegang sebuah kamera ditangannya

“aku ngga’ lagi ngapa-ngapain kok. Aku cuma sedang melihat foto kita yang baru saja kurekatkan menjadi satu.”

“wah, kamu kreatif sekali ya. Oia, sini kamu aku foto mumpung aku lagi memegang kamera.”

“Oke, Aku siap bergaya.hehe.” canda ku pada Robi

“Em, sepertinya daya baterai nya habis. Tolong ambilkan baterai cadangan  di atas lemari yang ada dibelakang itu Sin.”

“Siap Bos. Aku akan ambilkan untukmu.”


Aku pun pergi kebelakang untuk mengambil baterai cadangan yang diletakkan Robi di atas lemarinya. Namun saat aku mencoba untuk meraih baterai itu, tak sengaja aku menyenggol sebuah botol Ilford yang tepat berada disamping baterai itu. Hingga cairan dalam botol itu tumpah dan mengenai wajah dan kedua mataku. Aku terjatuh dan tak sadarkan diri.


===***===

Kubuka kedua mataku yang sempat terkena cairan Ilford. Kudapati aku sedang berada di Rumah Sakit. Dan disana kulihat Rendi adik Robi dan teman-teman nya sedang membawakan aku sebuah kue dan ucapan selamat karena aku telah terbangun dari tidurku. Ku toleh kekanan dan kekiri, tak kudapati baying-bayang dari Robi. Ku pikir ia sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

Keesokan harinya aku pun sudah diperbolehkan untuk pulang. Aku pun di antar oleh Rendi menuju Galeri Robi. Setiba disana tak juga kulihat Robi disana. Entah dimana Robi saat ini. Ingin ku tanyakan pada Rendi tapi aku ragu. Ku lirikkan mataku kearah dinding didekat pintu masuk dan kudapati foto ku dan Robi yang pernah kurekatkan menjadi satu kini hanya tertinggal fotoku saja. Ada apa ini? Kemana Robi? Dimana Foto Robi yang kurekatkan menjadi satu dengan fotoku? Kenapa semua ini menjadi membingungkan? .

Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya kepada Rendi tentang semua yang terjadi saat aku dirumah sakit. Rendi bilang Robi pergi dari Galeri ini sejak aku di Rumah Sakit. Rendi tak tahu mengapa ia pergi. Dan juga kemana ia pergi.

Hari-hari ku pun menjadi sepi. Tak ada lagi Robi didekatku. Hanya tangisan air mata yang kulakukan setiap harinya. Menangis dan menangis menanti kehadiran Robi kembali. Aku pun mulai membenci Robi, karena ku ingat kata-katanya yang ingin menjadi yang terbaik bagiku. Hingga akhirnya ku putuskan untuk melupakan nya dan mencari kehidupan baru lagi dengan seseorang. Ya, aku jadian dengan Rendi adik Robi, sudah sejak lama Rendi juga menyukaiku dan kupikir tidak ada salahnya menjadi pasangannya.

Suatu hari, Aku berjalan sendiri menyusuri jalan sepi yang sebelumnya pernah aku lewati. Ya, jalan itu adalah jalan dimana aku pertama kali bertemu Robi saat ia sedang melakukan pemotretan dengan Modelnya. Dan sejenak tatapanku terpaku saat ku lihat seorang pria duduk disebuah kursi. Ku datangi pria itu. Tak terkira tiba-tiba saja air mataku terjatuh dengan sendirinya ketika ku melihat pria itu. Dengan sebuah foto kecil dan secarik kertas buram. Kertas itu pun terjatuh dan sempat kulihat tertera tulisan kecil didalamnya.

Untuk Sinta Yusmitia, aku meminta maaf karena aku pergi meninggalkanmu. Aku pergi tanpa memberitahumu denga alasan yang jelas. Aku pergi disaat kamu sedang di Rumah Sakit. Aku pergi saat kamu sedang membutuhkan aku disampingmu untuk menemanimu.
Mungkin terlintas dibenakmu aku telah berbohong kepadamu kalau aku akan menjadi yang terbaik bagimu. Mungkin telintas juga kebencian dalam dirimu. Dan mungkin suatu saat aka ada seseorang yang menggantikanku untuk mendampingimu. Aku merasa bersalah atas semua yang terjadi padamu. Saat kedua matamu terkena cairan Ilford  karena keteledoranku. Aku menangis saat ku dengar dari Dokter bahwa kamu dinyatakan tak akan dapat melihat dunia lagi. Aku merasa sangat terpukul akan itu semua.Tak ada lagi yang bisa kulakukan untukmu selain melakukan operasi kedua mata itu. Aku menyayangimu, sungguh sangat menyayangimu.kurelakan kedua mataku untuk menggantikan kedua matamu.  Maafkan aku, dan kumohon jangan membenciku.

Robi Fardian,.


Kini benar-benar tak dapat lagi kubendung air mataku hingga membasahi kedua pipiku. Robi yang sempat kubenci karena pergi meninggalkan ku tanpa sebuah alasan. Dia lah yang telah memberikanku penglihatan kembali.  Aku sangat menyesal telah membencinya. Dan aku sangat menyesal karena  aku telah mencari penggantinya.
Ku kembalikan lagi kertas buram tadi padanya. Dan ia pun mengucapkan terimakasih padaku yang telah mengkhianatinya. Ia pun pergi meninggalkan ku dengan sebuah tongkat sebagai penolongnya dalam berjalan karena kedua penglihatannya telah ia berikan padaku.

===FIN===

 http://www.youtube.com/watch?v=kctR4acvzgc

Mata Hatiku


Aku berdiri dihadapannya yang sangat aku sayangi dengan bunga ditanganku yang kubeli ditoko di ujung jalan ini. Sembari aku membawa bunga ini, akupun teringat akan waktu dulu saat pertama kali kami bertemu disebuah taman yang kata orang-orang adalah sebuah taman yang indah. Tak terasa air matapun tak mampu ku tahan lagi dan akhirnya mengalir membasahi pipiku ini saat aku sedang berada dihadapannya. Masa-masa sebulan yang lalu mulai ku ingat kembali.
--***--
“ Citra, kita lagi dimana ni ?” tanya ku padanya

“ kita ni lagi di taman kota Fit,” jawab citra yang sembari memegangi tanganku menuntun kearah kursi taman.

“ owh, jadi kita lagi ditaman, indah ga taman nya Cit?” tanyaku lagi setelah aku duduk

“ indah ko’ Fit, ada bunga-bunga yang baru mekar ni,” seraya memetik bunga yang cantik itu dan menaruhnya diantara telinga Fitri

“ Subhanallah, kamu tambah cantik aja Fit dengan bunga yang kutaruh ditelingamu itu” citra memuji

“ ah yang bener Citra ? aku jadi ge’er nih” aku pun tersenyum senang

“ tentu aja bener dong Fit, aku kan sahabat dekatmu dari kita kecil, masa iya aku bohongin kamu” citra mencoba meyakinkan ku

“ hehe, iya iya Cit, aku percaya ko’. Makasih ya pujiannya” dengan senyuman kecil kuberi padanya

“ iya sama-sama Fitri sayang…. Oiya Fit, tunggu sebentar ya disini, aku mau membeli es cream dulu untuk kita berdua. Tunggu ya, oke” citra pun pergi meninggalkan aku untuk membeli es cream yang mungkin dijual tak jauh dari taman

“ iya Cit, jangan lama-lama ya” sahutku padanya

Cuaca yang panas membuatku merasa gerah. Aku menunggu citra yang mungkin sudah hampir 10menit ku tunggu tetapi tak juga kembali. Aku pun mulai gelisah saat itu. Aku pun memutuskan untuk melangkah pergi walau tak tau harus kemana untuk mencarinya. Langkah demi langkah, ku terus berjalan dan tak kusadari keringat mulai membasahi tubuhku yang daritadi sudah merasa gerah ini.
Tiba-tiba…

“ ini untukmu” seorang pria berkata padaku dengan suara yang lembut

“ eh, siapa itu?” tanyaku padanya

“ oh maaf, aku bukan siapa-siapa kamu, aku hanya kebetulan lewat sini dan kulihat kamu sedang berjalan letih” jelas pria asing itu

“ lalu apa yang kau beri untuk ku itu?” tanyaku lagi padanya

“ ini, tentu saja ini es cream, kulihat kamu gerah, kebetulan tadi aku belie s cream dan belum ku makan, ini ambil” seraya menjulurkan es cream ketanganku dan tersentuh tangannya dengan tanganku. Begitu halus tangannya

“ terimakasih atas es cream nya”  ucapku padanya

” sama-sama” pria itu membalasku “ sedang apa kamu disini sendiri?” tanyanya padaku

“ oh tidak, aku berdua dengan sahabatku, dia lagi membelikan ku es cream juga, nanti biar es cream itu untuk menggantikan es cream mu ini” jelasku padanya

“ jadi kamu berdua sahabatmu, oh tidak usah, aku tidak suka es cream” jawabnya

“ terus, kenapa kau membelinya kalau kau tidak suka?” tanyaku heran

“ entahlah, tiba-tiba aku ingin membelinya, oiya aku Aris” pria itu memperkenalkan dirinya padaku

“ aku Fitri, senang berkenalan denganmu Ris” sapaku padanya

“ aku juga senang kenal dengan kamu Fit” balasnya padaku

Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakangku seperti memanggil-manggil namaku.

“ Fitri, , Fitri,.” Suara itu pun mendekat kearahku

“ hah ketemu juga kamu Fit, darimana aja sih kamu? Aku kan sudah bilang tunggu aja disana jangan kemana-mana, kalo kamu jatuh atau sampai kearah jalan raya gimana Fit?” cemas sahabatku yang perhatian padaku itu

“ maaf Cit, tadi aku gelisah karena kamu nya ga dateng-dateng sih, aku gerah disana , jadi aku pergi nyari kamu” jelasku pada citra

“ Citra ?” Aris bertanya dengan ragu-ragu

“ eh, kamu Ris, ngapain kamu disini? Sory aku ga liyat ada kamu disini, tadi aku lagi cemas nyari sahabat aku ini.” Citra membalas tegurannya

“ oh ga pa pa ko’ Cit, Btw. Jadi Fitri ini sahabatmu ?” tanyanya pada Citra

“ oh ini, iya. Dia Fitri, sahabatku dari kecil. Kamu kenal sama Fitri ya ?” tanya citra

“ engga’ ko’ Cit, aku baru kenal sama Aris” sela ku

“ iya bener kata Fitri, aku baru kenal dia hari ini sewaktu ku liyat dia sedang gerah disini” jelas Aris pada citra

“ owh, jadi kalian baru kenalan nih? Ciiyyee, sepertinya bakal ada kakak adik yang udah besar nih” Citra menyindirku dan Aris

“ apaan sih Cit, orang baru kenal juga. Udah ah, ayo kita pulang, aku udah capek” ajak ku sembari menghindari sindiran Citra

“ iya deh iya” jawab Citra padaku

“ Ris, aku dan Fitri pulang dulu ya, daaahh” sembari berjalan menuntun ku meninggalkan Aris dan taman yang indah itu.


Di rumah

“ ah akhirnya sampai juga dirumah” akupun langsung berbaring dikasurku setelah dibantu oleh Citra menuju tempat tidurku.

“ iya , aku juga capek. Padahal taman tadi ga jauh dari sini, tapi ya ampun. Capek banget rasanya” keluh Citra yang juga ikut berbaring disampingku

“ hehehe, maaf ya Cit, karena aku kamu jadi capek gini” seru ku pada Citra

“ ah ga pa pa kali Fit, aku malah seneng bisa ngajak kamu main keluar. Kamu kan jarang banget bisa keluar rumah” balasnya

“iya juga sih” sahutku . “ oiya Cit, temenmu tadi si Aris keliyatannya anak baik ya?” tanya ku

“ iya memang, dia itu anak yang baik. Dulu sewaktu aku satu sekolah dengan dia aku sering dibelikan makanan sama dia” Citra menuturkan lebih rinci

“ wah, aku jadi pengen kenal sama dia” seru ku sambil tersenyum

“ kan kamu tadi sudah kenal Fit?” tanya Citra lagi padaku

“ uuh, maksudnya aku mau kenal lebih jauh gitu sama dia Cit, sapa tau aja dia bisa jadi jodohku, hehe” aku tersenyum semakin jadi ketika membayangkan semua itu

“ hihi, Citra. Suka ya sama Aris? Kalo kamu mau lebih kenal dengan dia nanti aku kenalin lagi ko’ kamu sama dia, ga usah khawatir Fit, mumpung dia masih jomblo loh”

“ ah aku jadi malu nih” sahutku pada Citra yang sedang menyindir ku

“ ga usah malu lagi Fit, sama aku aja, aku malah seneng kalo kamu bisa jadian sama dia”

“ tapi aku kan belum tau wajah dia Cit?”

“ wajah mah ga usah dipikirin, dia sudah perfect ko’ soal wajah.”

“ heem, bener? Aku jadi mau liyat wajahnya, sayangnya itu ga’ mungkin” tuturku pada Citra dengan nada yang lemas dan mulai memurungkan wajahku


Malam hari

Aris yang bertemu dengan Fitri ditaman tadi menceritakan kejadian awal bertemunya dia dengan Fitri kepada seseorang yang amat dekat dengannya.


Pagi hari

Cuaca yang dingin dipagi hari ini membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku yang hanya sebuah kasur yang tidaklah begitu buruk. Aku masih merasa dingin. Ku tarik selimut tebal menyelubungi seluruh tubuhku dan akupun terlelap lagi dalam tidurku. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar yang langsung membangunkan tidurku yang baru saja ingin kunikmati.

“ tok tok tok,” “ assalamu’alaikum” terdengar suara pria memberikan salam

“ wa’alaikumsalam, tunggu sebentar” jawabku sambil mencari tongkatku dan langsung menuju keluar.

Akupun langsung membuka pintu dan bertanya kepada pria yang mengetuk pintu tadi yang suaranya tak pernah aku dengar.

“ maaf, siapa ya yang mengetuk pintu tadi?” tanyaku pada pria itu

“ ini aku Fit, Aris. Teman Citra” jawabnya

“ owh kamu Ris, ko’ kamu bisa kesini? Tau darimana rumahku?” tanya ku heran

“ aku tau rumah mu dari Citra, kemarin aku ketemu dia dijalan, terus aku ngobrol-ngobrol tentang kamu dan aku tanya aja sama dia alamat rumah kamu”

“ em, gitu. Yasudah ayo masuk kedalam dulu”

Aris pun mulai memasuki rumahku yang mungkin tak layak di injak olehnya yang tidak terbiasa masuk kedalam rumah yang seperti ini. Dengan lantai yang langsung menuju bumi, atap yang selalu mewarisi airnya dikala musim hujan, dan angin yang keluar masuk seenaknya melalui dinding rumahku yang hanya terbuat dari anyaman bilah bambu.


“kamu tinggal sendiri Fit disini ?” tanya nya membuka percakapan antara kami

“ tidak Ris, aku tinggal berdua dengan nenek ku, mungkin dia lagi didapur” tuturku padanya

“ jadi kamu Cuma berdua ? kemana orangtua mu ?”

“ hm, mereka ..mereka sudah meninggal Ris, saat perahu yang mereka tumpangi tenggelam” jawabku dengan terbata-bata

“ oh maaf Fit, bukan maksudku mengingatkanmu tentang mereka” sesalnya padaku

“ sudah ga pa pa ko’, aku juga sudah ga seberapa sedih lagi. Karena masih ada nenek ku dan Citra sahabat baikku. Tanpa mereka, mungkin aku sudah sebatang kara”

“ jadi begitu. Oiya, kenapa kamu seperti kedinginan gitu?”

“ oh, hehe. Aku memang sedang kedinginan. Tadi aja aku tidur lagi karena dingin”

“ wah, berarti aku mengganggu tidurmu ya ?”

“ tidak ko Ris, aku malah senang kamu datang kesini. Lagian memang harusnya aku sudah bangun sekarang ini”

“ kamu senang aku datang?” tanya nya lagi padaku

“ iya. Kamu kesini berarti aku ada teman untuk ngobrol. Karena aku disini tak pernah ada teman. Mereka selalu mengejekku karena indra penglihatanku yang buta ini” jelasku

“ jangan bersedih Fit, kan masih ada Citra dan juga sekarang sudah ada aku disini untukmu”

“ makasih ya Ris kamu udah mau jadi temanku “ aku pun tersenyum

“ manis sekali senyummu Fit, walaupun kamu ada kekurangan. Tapi senyum manismu itu menutupi kekuranganmu itu”

Kata-kata Aris membuat hatiku bergetar. Baru kali ini ada seorang pria memuji dirinya dengan kata-kata seperti itu. Itu membuatku nyaman.

“ terimakasih Ris pujianmu” dengan senyum yang manis kuberi untuknya

Beberapa lama kemudian Aris pun pulang setelah handphone miliknya berbunyi. Ia pulang. Sedih hatiku. Mengapa ia cepat sekali pulang, padahal aku masih ingin mengobrol lebih lama dengannya.
Tak lama dari Aris pulang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu lagi.

“ Aris , kau datang lagi?” tanyaku pada seseorang yang mengetuk pintu tadi

“ ini aku Citra Fit, bukan Aris” jawab Citra padaku

“ oh kamu Cit, maaf aku kira tadi kamu Aris, hehe”

“ memangnya tadi Aris kesini?” tanyanya padaku

“ iya Cit, dia datang kesini tadi.”

“ wah ada yang seneng nih kaya’nya” Citra menyindirku seraya mencubit pipiku

“ aduuhh, sakit Cit”  teriak ku

“ hehe maaf sahabatku yang cantik…” “ aku terlalu seneng melihat kamu yang juga lagi seneng ini”

“ iya tapi jangan cubit pipiku dong, kan jadi sakit pipiku” keluhku

“ maaf maaf ya Fit” Citra mengelus pipiku dengan lembut

“ iya deh aku maafin, tapi…..”

“ tapi apa Fit?”

“ tapi Bantu aku biar bisa tambah deket dong sama Aris”

“ ooh, itu aja? Ah gampang itu. Mau sampe jadi pacar mu juga aku bisa” dengan percaya dirinya Citra berkata seperti itu padaku

“ yakin bener kamu Cit, tapi ga mungkin dia jadi pacar aku” keluhku dengan lemas

“ kenapa tidak?” balasnya dengan lantang

“ aku kan ga bisa melihat Cit, bagaimana bisa dia suka denganku yang tak bisa melihat ini?”

“ Fitriii….. jangan lesu gitu geh, asal kamu tau ya. Dia itu orangnya simple, ga pernah liyat dari fisik, asal dia merasa nyaman, dia pasti mau jadi pacar orang itu. Termasuk kamu. Jadi kamu jangan sedih gitu” ucap Citra meyakinkanku

“ hem, “ aku pun tersenyum mendengar kata-kata dari sahabat baikku itu

“ nah gitu dong, senyum yang manis semanis aku, hehe” canda Citra

“ masa semanis kamu? Manis aku lah daripada kamu, weeekk :p” canda ku dengan menjulurkan lidah ku

“ sama-sama manis kenapa harus ribut sih?” sela nenekku yang datang tiba-tiba

“ eh nenek, darimana aja nek?” tanyaku

“ dari dapur. Tadi nenek lagi masak untuk kita sarapan. Ayo kita sarapan dulu, kamu juga Citra.” Ajak nenekku

“ iya nek.kebetulan aku bawa makanan nih untuk nenek dan Fitri” seraya memberikan makanan itu pada nenek

“ wah , ini pasti enak” jawab nenekku

“ makasih ya Citra” seru ku bersama nenek ku yang aku sayang ini

“ iya Fit, nek.” Balas Citra

Kamipun menuju kearah meja makan untuk sarapan bersama sembari bercanda-canda kecil untuk memeriahkan suasana rumah yang hampir tidak pernah ada canda tawa ini.
Betapa senangnya hati ini karena mereka berdua yang selalu ada untukku yang rapuh ini.


Seminggu kemudian

Sudah seminggu berlalu sejak Aris pertama kali datang kerumah ku. Sampai saat ini aku masih menunggu dirinya datang kembali menemuiku. Ku menunggu dan menunggu sembari memikirkan perasaan yang aneh didalam hatiku. Mengapa aku terus memikirkannya, padahal aku hanya bisa mendengar suara nya yang lembut itu saja. Tidaklah dengan melihat rupa wajahnya.
Tiba-tiba saja aku yang sedang duduk didepan rumah ku merasa kaget karena sebuah tepukan dipundak kiri ku.

“ Hei Fit, ngapain kamu melamun disini?” tanya Citra sambil menepuk pundakku

“ eh, kamu Cit, kalo mau dateng jangan ngagetin gitu dong.”

“ ya habisnya kuliyat kamu melamun gitu disini, ya aku tepuk aja pundakmu biar kamu sadar. Oiya, tebak siapa yang lagi sama aku?”

“ sama kamu? Memangnya kamu datang dengan siapa ?” tanya ku

“ tebak dulu dong” ucap Citra

“ heem “ terdengar suara pria didekatku

“ eh, seperti ada suara laki-laki ?, kamu lagi sama Aris ya Cit?” tanya ku lagi

“ wah telingamu itu jeli sekali ya Fit” tutur Citra

“ suara pria dan wanita kan beda Cit, lagian kamu mau datang dengan pria mana lagi kalo bukan aris ?” tanyaku padanya. Tetapi hatiku menggerutu. Mengapa suara Aris sedikit berbeda dengan saat ia kerumahku dulu. Mungkin dia sedang panas dalam pikirku.

“ iya, kamu memang pintar Fit dalam hal mendengar” puji sahabatku itu

“ makasih Cit pujiannya. Ayo Cit, Ris, duduk dulu” aku mempersilakan mereka duduk dikursi yang sudah tak seberapa mampu lagi menahan beban yang diterimanya

“ maaf ya kalo kursinya sudah sedikit reyot ris” keluhku

“ ah ga pa pa Fit, santai aja sama kami berdua” balas Citra

“ oiya Fit, aku punya kabar baik untukmu” sela Aris yang daritadi sedikit berbicara itu

“ berita apa?” tanyaku

“ aku baru mendapat kabar, bahwa ada seseorang yang akan mendonorkan matanya. Dan biaya untuk operasipun tidak begitu mahal untuk bulan ini” seru Aris

“ yang bener Ris? Terus maksudnya aku jadi bisa melihat lagi kalo bisa mendapatkan mata dari orang yang mendonor itu? Tanya ku dengan senang

“ tentu saja Fit” balas aris

“ tapi darimana aku uang untuk operasi itu? Juga aku tak kenal siapa orang yang akan mendonorkan matanya itu” balasku lemas

“tenang aja Fit, kan ada kita berdua. Kita ada tabungan yang lumayan terus kamu juga kan termasuk keluarga yang kurang mampu, pasti diberi keringanan Fit” Citra meyakinkanku lagi

“ terus pendonornya siapa?”

“ owh, kalo itu dia minta untuk tidak diberitau namanya. Yang dia mau Cuma membantu orang lain yang kekurangan dengan sebagian yang dia punya.termasuk matanya sendiri, karena dia sendiri juga sudah dipastikan akan meninggal kurang dari sebulan ini”

“ em, jadi begitu. Tapi kapan ?”

“ nanti, mereka akan memberi kabar bila matanya sudah bisa didonorkan”

“baiklah kalo gitu. Aku mau “ balasku dengan senang karena ada orang yang peduli denganku sampai seperti itu


Hari demi hari pun berlalu hingga tiba saat kabar dimana aku akan mendapatkan donor mata dari orang yang baik hati itu. Aku pun lantas dibawa menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo oleh Citra, dan tentu saja ikut menemaniku nenek ku tersayang. Tetapi aris entah kemana. Aku tidak tau.
Waktu yang cukup lama aku lewati dan akhirnya operasi pun berjalan lancar. Hanya tinggal menunggu waktu untuk melepaskan perban yang menutupi kedua mataku ini.

Seminggu berlalu dan akhirnya tiba saat dibuka perban yang telah membuatku tak sabar untuk bisa melihat dunia yang indah ini dan tentunya melihat Sahabatku dan Nenek ku.
Betapa senangnya aku yang akhirnya dapat kembali melihat.

“ Citra? Nenek? Itukah kalian ?” tanyaku dengan menoleh kearah mereka berdua yang ada disampingku

“ iya Cit, ini aku dan ini nenek mu” Citra merasa lega dan senang akan sahabatnya yang akhirnya dapat melihat .

“ terimakasih ya Cit, nenek juga, dan… “ ucapanku pun terputus sewaktu ku sadar bahwa tidak ada Aris disitu

“ dimana Aris?” Tanyaku pada mereka

“Aris? Eh, dia. “ tingkah yang membingungkan membuatku penasaran. Dan akupun meminta mereka bercerita semuanya, dimana Aris selama aku operasi hingga saat ini dan juga mengapa ia menghilang disaat aku akan di operasi. Fikiran jahat pun merasuk di otak ku. Apakah Aris yang telah mendonorkan matanya padaku?. Hingga akhirnya terungkap semuanya. Aris lah yang telah mendonorkan matanya padaku.

---***---

“ Fit” tiba-tiba aku kaget karena suara panggilan dari belakangku

“ eh kamu Cit, kamu juga Ris” balasku sembari menghapus air mataku yang sejak tadi mengalir.

“ kamu daritadi disini Fit?” Aris bertanya sembari menaburkan bunga

“ iya Ris, aku kesini untuk mendo’akannya. Karena dia telah memberikanku sesuatu yang sangat berharga bagiku” balasku tersenyum

“ ya, dia adalah pahlawan bagi kita semua. Karena dia telah membuat kamu bisa melihat dunia kembali Fit” seru Citra

“ iya Cit, dialah orang yang sangat ingin aku temui saat ini” “terimakasih Aris, kau telah mendonorkan matamu untukku. Sekarang aku dapat melihat dunia yang indah ini. Dan aku telah menjadi calon kakak iparmu kelak.” Aku tersenyum kepada Aris Pratama yang adalah kakak dari Aris Prasetya.

Aku pun sekarang bahagia berkat Aris Prasetya yang merupakan saudara kembar dari Aris Pratama yang kini adalah pacar ku. Aku pun mengajak Aris untuk kerumahku karena ia belum pernah tau rumahku, karena saat itu yang datang kerumahku adalah Aris Prasetya. Itu mengapa aku tidak mengenal suaranya saat ia berbicara.
Dan sekarang Aku sangat bersyukur karena sampai saat ini aku masih memiliki nenek, sahabatku, dan juga Aris pacarku.


FIN


Cerita ini hanyalah imajinasiku saja yang kutuangkan melalui sebuah cerpen. Mungkin tidak sebagus karya orang lain. Tapi aku akan selalu mencoba untuk membuat karya yang lebih baik bila saja kalian membaca dan memberikan kritik yang membangun.