Jumat, 10 Mei 2013

#Cerpen... Apa Arti Sebuah Cinta ?


===***===

Aku pun tak dapat menahan lagi air mataku yang sudah tak terbendung lagi saat kulihat seorang pria  dihadapanku dengan selembar foto kecil ditangan kiri nya. Dan saat kutemukan secarik kertas buram didekat pria  itu.

===***===

Seperti biasa di Pagi hari ini aku segera bergegas untuk pergi bekerja disebuah Salon Kecantikan yang letaknya tak jauh dari Stasiun Kereta Api yang ada didaerah tempat tinggalku. Hari ini aku berangkat lebih awal dari hari biasa, dimana biasanya aku pergi sekitar pukul 08.00 Pagi.  Dengan langkah pasti kuberjalan menuju Beauty Salon dan separuh perjalananku terhenti oleh seruan seseorang yang memanggil namaku.

“Sinta, Sinta, Hei Sinta ! Disini !”  aku pun menoleh kebelakang mencari asal suara yang memanggil namaku tadi. Ternyata itu Dian, rekan ku di Beauty Salon.

“Hei Dian, tumben kamu pergi pagi-pagi gini ?” tanyaku sambil mendekatinya

“Iya ni, aku bosen datang telat terus. Jadi untuk hari ini aku sengaja berangkat lebih pagi.” Balasnya padaku

“oh, jadi gitu. Kebetulan deh aku juga berangkat pagi, terus ketemu kamu, jadi ada temen ngobrol nih.” Sembari aku berjalan bersama Dian menuju Beauty Salon.

“hehe, iya nih Sin. Aku juga jadi ada temen ngobrol biar ngga’ jenuh selama perjalanan.” Dengan senyum kecilnya menghiasi wajahnya yang anggun itu.


Selama diperjalanan Aku dan Dian terus berbincang-bincang . Namun tiba-tiba saja seorang pria tampan dengan motor Kawasaki Merah datang menyampiri kami. Ternyata pria itu adalah Pacar temanku “Dian”. Sedikit terasa iri dihatiku karena sampai saat ini aku belum pernah merasakan yang namanya memiliki seorang pacar.

“Sayang, kamu mau kerja ya? Ayo naik Motorku aja, biar aku antar kamu”. Sambil tersenyum kepada Dian yang berdiri seperti orang kebingungan.

“Em, gimana yaa?? Aku mau sih , tapi Sinta gimana ?” dengan wajah kebingungan.

“Maaf Dian, ngga’ apa-apa kok, aku jalan sendiri aja. Kan memang sebelumnya aku pergi sendiri.” Aku mencoba mencari alasan.

“tapi kan aku ngga’ enak sama kamu Sin” Balas Dian kepadaku

“Sudah, duluan aja. Ngga’ enak sama pacar kamu tuh.” Balasku lagi

“Maaf ya Sin, kalau gitu aku duluan ya.” Dian pun mulai menaiki Motor milik pacarnya dan perlahan meninggalkanku.

Seperti biasa, aku pun pergi seorang diri menuju Beauty Salon. Tanpa teman yang sekedar untuk mengobrol. Hanya aku dan tas milikku saja. Aku pun berjalan terus dan terlintas dibenakku tentang rasa iri yang sempat menyerang perasaanku saat Dian bersama pacarnya. Kapan aku punya Pacar ya? Apakah nanti Pacarku tampan seperti pacar Dian? Aku pun terus bertanya pada diriku sendiri dan tak ku sadari aku berjalan ditengah-tengah seorang Fotografer yang sedang memfoto seorang Model. Namun tak sengaja aku menghalanginya dan akhirnya aku yang terfoto oleh fotografer itu.

“Maaf, Maafkan aku.” Aku pun meminta maaf kepada Fotografer itu.

“Iya tidak apa-apa. Lain kali jangan melamun kalau lagi berjalan ya.” Jawab Fotografer itu dengan senyuman manis dibibirnya.


Aku pun melanjutkan perjalananku menuju Beaty Salon. Terbayang dibenakku wajah Fotografer tadi, Tampan. Itu lah yang aku ingat darinya. Sempat terfikir olehku andai saja aku bisa melihatnya lagi. Dengan terus melangkah dan berkhayal tak sadar aku sudah hamper sampai di tempatku bekerja.
Tak berapa lama akupun sampai di Beauty Salon dan aku pun bergegas untuk bekerja dan sejenak kuterlupa akan kejadian di Pagi ini karena kesibukanku.


===***===

Keesokan harinya akupun sudah tak lagi memikirkan tentang kejadian kemarin. Aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Memotong rambut, Krimbat, dan lain-lain kukerjakan di Salon ini. Walaupun aku masih pemula di Salon ini namun apa yang aku lakukan selalu mendapat pujian dari para pengunjung. Karena itu aku berusaha untuk memberikan yang terbaik yang aku bisa untuk para pengunjung di Beauty Salon ini. Saat aku sedang meng-krimbat rambut seorang pengunjung tanganku  pun terhenti ketika ku melihat seorang Pria datang. Ya benar, itu adalah Fotografer yang kemarin. Tak aku sia-siakan kesempatan yang mungkin hanya sekali ini.


“Hei Dian, biar aku saja yang melayani Pria ini, kamu tolong teruskan kerjaanku meng-krimbat rambut Mba’ itu aja ya.” Sembari aku mendatangi Fotografer tampan itu.

“Em, yasudah kalau gitu. Tapi jangan teledor ya, kamu kan belum pernah melayani pengunjung pria selama ini.” Dian menasehatiku.

“Oke. Tenang aja.”


Dengan sedikit gugup aku pun mulai melayani Fotografer itu yang sedari tadi sudah siap untuk dikrimbat. Aku pun sedikit memberanikan diri menyentuh rambut Pria itu karena sedari tadi pria itu telah memejamkan kedua matanya. Mungkin ia lelah ataupun terlalu rileks.
Dengan hati-hati aku meremas rambut dan memijat kepala pria itu. Hingga tak sengaja sedikit busa dari rambut Pria itu jatuh menuju matanya. Aku pun gugup dan segera membersihkannya. Sejenak Ku pikir pria itu akan marah kepadaku, namun saat pria itu melihatku, dia malah tersenyum padaku. Aku pun merasa tersipu olehnya dan meminta maaf karena kesalahanku tadi.
Tak lama Pria itu pun pergi dan ia pun terlupa akan topi miliknya yang tertinggal di Salon ini.

“Dian, kamu tau ngga’ Pria yang tadi ?” aku bertanya kepada Dian berharap ia kenal dengan Pria Fotografer itu.

“Oh Pria yang tadi itu. Dia kan seorang Fotografer. Dia kerja di dekat sini kok. Ada Galeri foto miliknya didekat sini. Memangnya kenapa hayoo ?” Tanya Dian padaku dengan lirikan menyindirku.

“Em, Ngga’ kok, Ngga’ apa-apa , tadi dia lupa  meninggalkan topinya disini, aku mau kembalikan topinya aja.” Jawabku dengan sedikit malu.

“Haha, iya iya, aku juga Cuma becanda kok. Yasudah kamu antar saja topinya nanti sepulang kerja.”

“Oke.” Balasku dengan tersenyum.



Setelah aku selesai melakukan pekerjaanku di Beaty Salon aku pun pergi ke Galeri milik Pria itu.  Sudah jam 4 Sore. Ku pikir mungkin sudah tutup. Kaki ini terus melangkah saja menuju Galeri yang kata Dian ada didekat sini dan akhirnya ku lihat sebuah bangunan Bertuliskan Robi Foto Galery. Aku pun mendekati Galeri itu dan ku lihat dipintu masih tertera tulisan “OPEN”. Ku buka pintu itu dan mulai kulangkahkan kaki kedalam. Betapa takjub ketika kulihat begitu banyak nya Foto-foto hasil sebuah karya Fotografer handal. Dan sejenak aku pun terkejut ketika melihat sebuah foto di hadapanku.

“Hah? Ini kan foto ku? Kenapa bisa ada disini?” aku bertanya didalam hati dan mencoba berfikir.

“Em, Hai Nona. Ada perlu apa?” seorang pria menegurku dengan senyuman yang manis. Ternyata pria itu Fotografer yang sedang aku cari. Sungguh kebetulan.

“Oh, Ini aku mau kembalikan topi mu yang tertinggal di Beauty Salon tempatku bekerja.”

“Oh ya, Terimakasih. Aku mencari-carinya daritadi ternyata tertinggal disana. Maaf ya sudah merepotkan.”

“Iya ngga’ apa-apa, kalau gitu aku permisi pulang dulu.”

“Eh, jangan buru-buru. Kita bisa ngobrol-ngobrol sebentarkan? Oiya, Aku Robi Fardian. Panggil aja Robi, kalau kamu?”

“Em, aku Sinta Yusmitia.” Jawabku dengan sedikit malu-malu.

“Sinta? Nama yang indah. Sangat pantas dengan wajahmu. ” Puji Robi padaku.

“Hehe, terimakasih pujiannya. Oiya, Foto yang dipajang itu Foto ku bukan?”

“Oh itu, ya benar. Itu fotomu yang kemarin tak sengaja ku ambil saat aku mau memfoto Model untuk bahan kerja ku.”

“Terus untuk apa kamu pajang disini? Padahal masih bisa digantikan dengan yang lain kan yang lebih bernilai seni”

“Ya memang bisa dibilang begitu. Tapi kalau dilihat secara mendetail, ini jauh lebih berseni bagiku. Dengan karakter wajahmu yang halus dan putih bersih. Kamera pun tak bisa berbohong lagi.”

“Benarkah seperti itu? Padahal aku ngga’ melihat seninya sama sekali. Tapi terimakasih lagi atas pujianmu.”

Aku pun tersenyum dan terus melanjutkan perbincanganku dengan Robi. Sampai pada akhirnya Robi mencoba menawariku untuk menjadi bahan Model untuk karyanya. Sebelumnya aku ingin menolak karena aku tidak pernah dijadikan Objek Foto. Namun bila aku menerimanya kupikir aku bisa terus dekat dengan Robi. Aku pun menerima tawarannya dan hampir setiap pulang dari bekerja kusempatkan diri untuk datang ke Galeri milik Robi. Dengan sedikit pengalaman menjadi seorang Model Foto, lama-kelamaan aku pun mulai terbiasa. Hingga aku dipilih menjadi model utama Robi.


===***===

Seminggu telah berlalu sejak pertama kali aku berkenalan dengan Robi. Entah apa yang kurasa saat ini. Hatiku terasa amat senang saat dekat dengannya. Bergetar saat ia menyanjungku dengan kata-kata manisnya. Sungguh aku merasa senang akan ini semua. Aku pun sempat berkenalan dengan Rendi adik dari Robi. Hampir setiap harinya kami selalu bersama baik dalam  sesi pemotretan sampai jalan-jalan  untuk refreshing. NAmun, Malam  ini Aku pergi dengan Robi untuk jalan bersama, ku pikir ini adalah sebuah kencan. Kencan pertamaku.

“Robi, kita mau kemana?”

“Aku mau mengajak kamu makan malam. Jarang-jarang aku mengajak seorang wanita makan malam seperti ini loh.”

“Jadi aku termasuk yang beruntung ya bisa diajak kamu makan malam, hehe.”  Canda ku padanya

“Justru aku yang beruntung bisa mengajak kamu makan malam. Nah kita sudah sampai.”

Restauan yang megah dan besar ada dihadapanku. Tak pernah sebelumnya aku berpikir untuk bisa makan ditempat semewah ini. Aku pun turun dari Motor dan berjalan berdampingan dengan Robi menuju pintu masuk. Didalam aku semakin Terhanyut dalam suasana kemewahannya. Aku dan Robi duduk di pojok Restauran dimana disana kami dapat melihat pemandangan Pantai dimalam hari. Sungguh indah.

“Sin, kamu mau pesan apa?”

“Eh, aku terserah aja, seperti kamu juga ngga’ apa-apa.”

Robi pun memesankan beberapa makanan mewah dan juga minuman segar untuk kami berdua. Tak perlu menunggu lama hidangan pun datang dan kami mulai menyantap makanan yang belum pernah aku makan sebelumnya bahkan aku tidak tahu apa namanya. Saat aku sedang menikmati makanan yang lezat ini tiba-tiba saja Robi menanyakan sesuatu yang mengejutkan ku.

“Sinta, mau kah kamu jadi pasanganku?” Tanya Robi dengan suara yang amat jelas

“Hah? Apa?” aku pun kaget dan sempat tersedak oleh makanan yang sedang aku makan. Robi pun langsung memberiku segelas air putih yang tersedia dimeja kami.

“ Maaf Sin, aku ngga’ bermaksud ngagetin kamu, aku Cuma mau ngomong yang jujur tentang perasaanku aja.”

“Tapi apa kamu ngga’ salah mau menjadikanku pasanganmu?”

“Aku percaya aku ngga’ akan salah pilih.”

“Hm, Sebenernya aku juga memang suka sama kamu dan pernah berharap bisa jadi pasanganmu.”

“Benarkah? Kalau gitu kamu menerima aku?”

“Entah lah, Tapi bila memang kamu benar ingin aku menjadi pasanganmu, kenapa tidak?”

“Yeaahh,, itu jawaban yang aku tunggu. Terimakasih Sinta. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik bagimu.” Balas Robi dengan semangat

Aku pun merasa senang akan hal ini. Akhirnya aku memiliki seorang kekasih atau biasa disebut pacar.
Sampai kami pulang dari Restauran yang mewah itu aku masih terus terfikirkan dengan kata-kata Robi tadi. Akhirnya perjalanan baru dihidupku pun dimulai sejak malam ini.

===***===

Beberapa hari setelah malam yang sangat indah itu. Robi yang masih Sibuk dengan pekerjaan nya untuk mencuci Foto harus berhenti sejenak karena sebuah telefon dariku.

“Rendi, tolong bantu aku melanjutkan foto yang sedang kucuci ini ya. Aku mau pergi sebentar menjemput Sinta.”

“Iya kak, tenang saja. Kakak jemput aja mba’ Sinta. Diluar sedang hujan jangan lupa bawa payung.”

Robi pun bergegas untuk pergi dan sebelumnya ia menaruh botol cairan Ilford yang biasa digunakan untuk membantu dalam proses pencucian foto diatas lemari didekat sebuah baterai Cas cadangan untuk kamera miliknya. Tak lama Robi pun datang menjemputku dengan sebuah payung ditangannya. Kami pun berjalan menyusuri deras nya air hujan menuju Galeri Robi. Sesampainya di Galeri, ku lihat selembar foto ku dan foto Robi dimeja. Ku rekatkan kedua foto itu menjadi satu hingga terlihat seperti kami sedang foto bersama dan kutempelkan didinding dekat pintu masuk.

“Hai Sin, kamu sedang apa?” Tanya Robi padaku sembari memegang sebuah kamera ditangannya

“aku ngga’ lagi ngapa-ngapain kok. Aku cuma sedang melihat foto kita yang baru saja kurekatkan menjadi satu.”

“wah, kamu kreatif sekali ya. Oia, sini kamu aku foto mumpung aku lagi memegang kamera.”

“Oke, Aku siap bergaya.hehe.” canda ku pada Robi

“Em, sepertinya daya baterai nya habis. Tolong ambilkan baterai cadangan  di atas lemari yang ada dibelakang itu Sin.”

“Siap Bos. Aku akan ambilkan untukmu.”


Aku pun pergi kebelakang untuk mengambil baterai cadangan yang diletakkan Robi di atas lemarinya. Namun saat aku mencoba untuk meraih baterai itu, tak sengaja aku menyenggol sebuah botol Ilford yang tepat berada disamping baterai itu. Hingga cairan dalam botol itu tumpah dan mengenai wajah dan kedua mataku. Aku terjatuh dan tak sadarkan diri.


===***===

Kubuka kedua mataku yang sempat terkena cairan Ilford. Kudapati aku sedang berada di Rumah Sakit. Dan disana kulihat Rendi adik Robi dan teman-teman nya sedang membawakan aku sebuah kue dan ucapan selamat karena aku telah terbangun dari tidurku. Ku toleh kekanan dan kekiri, tak kudapati baying-bayang dari Robi. Ku pikir ia sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

Keesokan harinya aku pun sudah diperbolehkan untuk pulang. Aku pun di antar oleh Rendi menuju Galeri Robi. Setiba disana tak juga kulihat Robi disana. Entah dimana Robi saat ini. Ingin ku tanyakan pada Rendi tapi aku ragu. Ku lirikkan mataku kearah dinding didekat pintu masuk dan kudapati foto ku dan Robi yang pernah kurekatkan menjadi satu kini hanya tertinggal fotoku saja. Ada apa ini? Kemana Robi? Dimana Foto Robi yang kurekatkan menjadi satu dengan fotoku? Kenapa semua ini menjadi membingungkan? .

Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya kepada Rendi tentang semua yang terjadi saat aku dirumah sakit. Rendi bilang Robi pergi dari Galeri ini sejak aku di Rumah Sakit. Rendi tak tahu mengapa ia pergi. Dan juga kemana ia pergi.

Hari-hari ku pun menjadi sepi. Tak ada lagi Robi didekatku. Hanya tangisan air mata yang kulakukan setiap harinya. Menangis dan menangis menanti kehadiran Robi kembali. Aku pun mulai membenci Robi, karena ku ingat kata-katanya yang ingin menjadi yang terbaik bagiku. Hingga akhirnya ku putuskan untuk melupakan nya dan mencari kehidupan baru lagi dengan seseorang. Ya, aku jadian dengan Rendi adik Robi, sudah sejak lama Rendi juga menyukaiku dan kupikir tidak ada salahnya menjadi pasangannya.

Suatu hari, Aku berjalan sendiri menyusuri jalan sepi yang sebelumnya pernah aku lewati. Ya, jalan itu adalah jalan dimana aku pertama kali bertemu Robi saat ia sedang melakukan pemotretan dengan Modelnya. Dan sejenak tatapanku terpaku saat ku lihat seorang pria duduk disebuah kursi. Ku datangi pria itu. Tak terkira tiba-tiba saja air mataku terjatuh dengan sendirinya ketika ku melihat pria itu. Dengan sebuah foto kecil dan secarik kertas buram. Kertas itu pun terjatuh dan sempat kulihat tertera tulisan kecil didalamnya.

Untuk Sinta Yusmitia, aku meminta maaf karena aku pergi meninggalkanmu. Aku pergi tanpa memberitahumu denga alasan yang jelas. Aku pergi disaat kamu sedang di Rumah Sakit. Aku pergi saat kamu sedang membutuhkan aku disampingmu untuk menemanimu.
Mungkin terlintas dibenakmu aku telah berbohong kepadamu kalau aku akan menjadi yang terbaik bagimu. Mungkin telintas juga kebencian dalam dirimu. Dan mungkin suatu saat aka ada seseorang yang menggantikanku untuk mendampingimu. Aku merasa bersalah atas semua yang terjadi padamu. Saat kedua matamu terkena cairan Ilford  karena keteledoranku. Aku menangis saat ku dengar dari Dokter bahwa kamu dinyatakan tak akan dapat melihat dunia lagi. Aku merasa sangat terpukul akan itu semua.Tak ada lagi yang bisa kulakukan untukmu selain melakukan operasi kedua mata itu. Aku menyayangimu, sungguh sangat menyayangimu.kurelakan kedua mataku untuk menggantikan kedua matamu.  Maafkan aku, dan kumohon jangan membenciku.

Robi Fardian,.


Kini benar-benar tak dapat lagi kubendung air mataku hingga membasahi kedua pipiku. Robi yang sempat kubenci karena pergi meninggalkan ku tanpa sebuah alasan. Dia lah yang telah memberikanku penglihatan kembali.  Aku sangat menyesal telah membencinya. Dan aku sangat menyesal karena  aku telah mencari penggantinya.
Ku kembalikan lagi kertas buram tadi padanya. Dan ia pun mengucapkan terimakasih padaku yang telah mengkhianatinya. Ia pun pergi meninggalkan ku dengan sebuah tongkat sebagai penolongnya dalam berjalan karena kedua penglihatannya telah ia berikan padaku.

===FIN===

 http://www.youtube.com/watch?v=kctR4acvzgc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar