Jumat, 10 Mei 2013

Mata Hatiku


Aku berdiri dihadapannya yang sangat aku sayangi dengan bunga ditanganku yang kubeli ditoko di ujung jalan ini. Sembari aku membawa bunga ini, akupun teringat akan waktu dulu saat pertama kali kami bertemu disebuah taman yang kata orang-orang adalah sebuah taman yang indah. Tak terasa air matapun tak mampu ku tahan lagi dan akhirnya mengalir membasahi pipiku ini saat aku sedang berada dihadapannya. Masa-masa sebulan yang lalu mulai ku ingat kembali.
--***--
“ Citra, kita lagi dimana ni ?” tanya ku padanya

“ kita ni lagi di taman kota Fit,” jawab citra yang sembari memegangi tanganku menuntun kearah kursi taman.

“ owh, jadi kita lagi ditaman, indah ga taman nya Cit?” tanyaku lagi setelah aku duduk

“ indah ko’ Fit, ada bunga-bunga yang baru mekar ni,” seraya memetik bunga yang cantik itu dan menaruhnya diantara telinga Fitri

“ Subhanallah, kamu tambah cantik aja Fit dengan bunga yang kutaruh ditelingamu itu” citra memuji

“ ah yang bener Citra ? aku jadi ge’er nih” aku pun tersenyum senang

“ tentu aja bener dong Fit, aku kan sahabat dekatmu dari kita kecil, masa iya aku bohongin kamu” citra mencoba meyakinkan ku

“ hehe, iya iya Cit, aku percaya ko’. Makasih ya pujiannya” dengan senyuman kecil kuberi padanya

“ iya sama-sama Fitri sayang…. Oiya Fit, tunggu sebentar ya disini, aku mau membeli es cream dulu untuk kita berdua. Tunggu ya, oke” citra pun pergi meninggalkan aku untuk membeli es cream yang mungkin dijual tak jauh dari taman

“ iya Cit, jangan lama-lama ya” sahutku padanya

Cuaca yang panas membuatku merasa gerah. Aku menunggu citra yang mungkin sudah hampir 10menit ku tunggu tetapi tak juga kembali. Aku pun mulai gelisah saat itu. Aku pun memutuskan untuk melangkah pergi walau tak tau harus kemana untuk mencarinya. Langkah demi langkah, ku terus berjalan dan tak kusadari keringat mulai membasahi tubuhku yang daritadi sudah merasa gerah ini.
Tiba-tiba…

“ ini untukmu” seorang pria berkata padaku dengan suara yang lembut

“ eh, siapa itu?” tanyaku padanya

“ oh maaf, aku bukan siapa-siapa kamu, aku hanya kebetulan lewat sini dan kulihat kamu sedang berjalan letih” jelas pria asing itu

“ lalu apa yang kau beri untuk ku itu?” tanyaku lagi padanya

“ ini, tentu saja ini es cream, kulihat kamu gerah, kebetulan tadi aku belie s cream dan belum ku makan, ini ambil” seraya menjulurkan es cream ketanganku dan tersentuh tangannya dengan tanganku. Begitu halus tangannya

“ terimakasih atas es cream nya”  ucapku padanya

” sama-sama” pria itu membalasku “ sedang apa kamu disini sendiri?” tanyanya padaku

“ oh tidak, aku berdua dengan sahabatku, dia lagi membelikan ku es cream juga, nanti biar es cream itu untuk menggantikan es cream mu ini” jelasku padanya

“ jadi kamu berdua sahabatmu, oh tidak usah, aku tidak suka es cream” jawabnya

“ terus, kenapa kau membelinya kalau kau tidak suka?” tanyaku heran

“ entahlah, tiba-tiba aku ingin membelinya, oiya aku Aris” pria itu memperkenalkan dirinya padaku

“ aku Fitri, senang berkenalan denganmu Ris” sapaku padanya

“ aku juga senang kenal dengan kamu Fit” balasnya padaku

Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakangku seperti memanggil-manggil namaku.

“ Fitri, , Fitri,.” Suara itu pun mendekat kearahku

“ hah ketemu juga kamu Fit, darimana aja sih kamu? Aku kan sudah bilang tunggu aja disana jangan kemana-mana, kalo kamu jatuh atau sampai kearah jalan raya gimana Fit?” cemas sahabatku yang perhatian padaku itu

“ maaf Cit, tadi aku gelisah karena kamu nya ga dateng-dateng sih, aku gerah disana , jadi aku pergi nyari kamu” jelasku pada citra

“ Citra ?” Aris bertanya dengan ragu-ragu

“ eh, kamu Ris, ngapain kamu disini? Sory aku ga liyat ada kamu disini, tadi aku lagi cemas nyari sahabat aku ini.” Citra membalas tegurannya

“ oh ga pa pa ko’ Cit, Btw. Jadi Fitri ini sahabatmu ?” tanyanya pada Citra

“ oh ini, iya. Dia Fitri, sahabatku dari kecil. Kamu kenal sama Fitri ya ?” tanya citra

“ engga’ ko’ Cit, aku baru kenal sama Aris” sela ku

“ iya bener kata Fitri, aku baru kenal dia hari ini sewaktu ku liyat dia sedang gerah disini” jelas Aris pada citra

“ owh, jadi kalian baru kenalan nih? Ciiyyee, sepertinya bakal ada kakak adik yang udah besar nih” Citra menyindirku dan Aris

“ apaan sih Cit, orang baru kenal juga. Udah ah, ayo kita pulang, aku udah capek” ajak ku sembari menghindari sindiran Citra

“ iya deh iya” jawab Citra padaku

“ Ris, aku dan Fitri pulang dulu ya, daaahh” sembari berjalan menuntun ku meninggalkan Aris dan taman yang indah itu.


Di rumah

“ ah akhirnya sampai juga dirumah” akupun langsung berbaring dikasurku setelah dibantu oleh Citra menuju tempat tidurku.

“ iya , aku juga capek. Padahal taman tadi ga jauh dari sini, tapi ya ampun. Capek banget rasanya” keluh Citra yang juga ikut berbaring disampingku

“ hehehe, maaf ya Cit, karena aku kamu jadi capek gini” seru ku pada Citra

“ ah ga pa pa kali Fit, aku malah seneng bisa ngajak kamu main keluar. Kamu kan jarang banget bisa keluar rumah” balasnya

“iya juga sih” sahutku . “ oiya Cit, temenmu tadi si Aris keliyatannya anak baik ya?” tanya ku

“ iya memang, dia itu anak yang baik. Dulu sewaktu aku satu sekolah dengan dia aku sering dibelikan makanan sama dia” Citra menuturkan lebih rinci

“ wah, aku jadi pengen kenal sama dia” seru ku sambil tersenyum

“ kan kamu tadi sudah kenal Fit?” tanya Citra lagi padaku

“ uuh, maksudnya aku mau kenal lebih jauh gitu sama dia Cit, sapa tau aja dia bisa jadi jodohku, hehe” aku tersenyum semakin jadi ketika membayangkan semua itu

“ hihi, Citra. Suka ya sama Aris? Kalo kamu mau lebih kenal dengan dia nanti aku kenalin lagi ko’ kamu sama dia, ga usah khawatir Fit, mumpung dia masih jomblo loh”

“ ah aku jadi malu nih” sahutku pada Citra yang sedang menyindir ku

“ ga usah malu lagi Fit, sama aku aja, aku malah seneng kalo kamu bisa jadian sama dia”

“ tapi aku kan belum tau wajah dia Cit?”

“ wajah mah ga usah dipikirin, dia sudah perfect ko’ soal wajah.”

“ heem, bener? Aku jadi mau liyat wajahnya, sayangnya itu ga’ mungkin” tuturku pada Citra dengan nada yang lemas dan mulai memurungkan wajahku


Malam hari

Aris yang bertemu dengan Fitri ditaman tadi menceritakan kejadian awal bertemunya dia dengan Fitri kepada seseorang yang amat dekat dengannya.


Pagi hari

Cuaca yang dingin dipagi hari ini membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku yang hanya sebuah kasur yang tidaklah begitu buruk. Aku masih merasa dingin. Ku tarik selimut tebal menyelubungi seluruh tubuhku dan akupun terlelap lagi dalam tidurku. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar yang langsung membangunkan tidurku yang baru saja ingin kunikmati.

“ tok tok tok,” “ assalamu’alaikum” terdengar suara pria memberikan salam

“ wa’alaikumsalam, tunggu sebentar” jawabku sambil mencari tongkatku dan langsung menuju keluar.

Akupun langsung membuka pintu dan bertanya kepada pria yang mengetuk pintu tadi yang suaranya tak pernah aku dengar.

“ maaf, siapa ya yang mengetuk pintu tadi?” tanyaku pada pria itu

“ ini aku Fit, Aris. Teman Citra” jawabnya

“ owh kamu Ris, ko’ kamu bisa kesini? Tau darimana rumahku?” tanya ku heran

“ aku tau rumah mu dari Citra, kemarin aku ketemu dia dijalan, terus aku ngobrol-ngobrol tentang kamu dan aku tanya aja sama dia alamat rumah kamu”

“ em, gitu. Yasudah ayo masuk kedalam dulu”

Aris pun mulai memasuki rumahku yang mungkin tak layak di injak olehnya yang tidak terbiasa masuk kedalam rumah yang seperti ini. Dengan lantai yang langsung menuju bumi, atap yang selalu mewarisi airnya dikala musim hujan, dan angin yang keluar masuk seenaknya melalui dinding rumahku yang hanya terbuat dari anyaman bilah bambu.


“kamu tinggal sendiri Fit disini ?” tanya nya membuka percakapan antara kami

“ tidak Ris, aku tinggal berdua dengan nenek ku, mungkin dia lagi didapur” tuturku padanya

“ jadi kamu Cuma berdua ? kemana orangtua mu ?”

“ hm, mereka ..mereka sudah meninggal Ris, saat perahu yang mereka tumpangi tenggelam” jawabku dengan terbata-bata

“ oh maaf Fit, bukan maksudku mengingatkanmu tentang mereka” sesalnya padaku

“ sudah ga pa pa ko’, aku juga sudah ga seberapa sedih lagi. Karena masih ada nenek ku dan Citra sahabat baikku. Tanpa mereka, mungkin aku sudah sebatang kara”

“ jadi begitu. Oiya, kenapa kamu seperti kedinginan gitu?”

“ oh, hehe. Aku memang sedang kedinginan. Tadi aja aku tidur lagi karena dingin”

“ wah, berarti aku mengganggu tidurmu ya ?”

“ tidak ko Ris, aku malah senang kamu datang kesini. Lagian memang harusnya aku sudah bangun sekarang ini”

“ kamu senang aku datang?” tanya nya lagi padaku

“ iya. Kamu kesini berarti aku ada teman untuk ngobrol. Karena aku disini tak pernah ada teman. Mereka selalu mengejekku karena indra penglihatanku yang buta ini” jelasku

“ jangan bersedih Fit, kan masih ada Citra dan juga sekarang sudah ada aku disini untukmu”

“ makasih ya Ris kamu udah mau jadi temanku “ aku pun tersenyum

“ manis sekali senyummu Fit, walaupun kamu ada kekurangan. Tapi senyum manismu itu menutupi kekuranganmu itu”

Kata-kata Aris membuat hatiku bergetar. Baru kali ini ada seorang pria memuji dirinya dengan kata-kata seperti itu. Itu membuatku nyaman.

“ terimakasih Ris pujianmu” dengan senyum yang manis kuberi untuknya

Beberapa lama kemudian Aris pun pulang setelah handphone miliknya berbunyi. Ia pulang. Sedih hatiku. Mengapa ia cepat sekali pulang, padahal aku masih ingin mengobrol lebih lama dengannya.
Tak lama dari Aris pulang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu lagi.

“ Aris , kau datang lagi?” tanyaku pada seseorang yang mengetuk pintu tadi

“ ini aku Citra Fit, bukan Aris” jawab Citra padaku

“ oh kamu Cit, maaf aku kira tadi kamu Aris, hehe”

“ memangnya tadi Aris kesini?” tanyanya padaku

“ iya Cit, dia datang kesini tadi.”

“ wah ada yang seneng nih kaya’nya” Citra menyindirku seraya mencubit pipiku

“ aduuhh, sakit Cit”  teriak ku

“ hehe maaf sahabatku yang cantik…” “ aku terlalu seneng melihat kamu yang juga lagi seneng ini”

“ iya tapi jangan cubit pipiku dong, kan jadi sakit pipiku” keluhku

“ maaf maaf ya Fit” Citra mengelus pipiku dengan lembut

“ iya deh aku maafin, tapi…..”

“ tapi apa Fit?”

“ tapi Bantu aku biar bisa tambah deket dong sama Aris”

“ ooh, itu aja? Ah gampang itu. Mau sampe jadi pacar mu juga aku bisa” dengan percaya dirinya Citra berkata seperti itu padaku

“ yakin bener kamu Cit, tapi ga mungkin dia jadi pacar aku” keluhku dengan lemas

“ kenapa tidak?” balasnya dengan lantang

“ aku kan ga bisa melihat Cit, bagaimana bisa dia suka denganku yang tak bisa melihat ini?”

“ Fitriii….. jangan lesu gitu geh, asal kamu tau ya. Dia itu orangnya simple, ga pernah liyat dari fisik, asal dia merasa nyaman, dia pasti mau jadi pacar orang itu. Termasuk kamu. Jadi kamu jangan sedih gitu” ucap Citra meyakinkanku

“ hem, “ aku pun tersenyum mendengar kata-kata dari sahabat baikku itu

“ nah gitu dong, senyum yang manis semanis aku, hehe” canda Citra

“ masa semanis kamu? Manis aku lah daripada kamu, weeekk :p” canda ku dengan menjulurkan lidah ku

“ sama-sama manis kenapa harus ribut sih?” sela nenekku yang datang tiba-tiba

“ eh nenek, darimana aja nek?” tanyaku

“ dari dapur. Tadi nenek lagi masak untuk kita sarapan. Ayo kita sarapan dulu, kamu juga Citra.” Ajak nenekku

“ iya nek.kebetulan aku bawa makanan nih untuk nenek dan Fitri” seraya memberikan makanan itu pada nenek

“ wah , ini pasti enak” jawab nenekku

“ makasih ya Citra” seru ku bersama nenek ku yang aku sayang ini

“ iya Fit, nek.” Balas Citra

Kamipun menuju kearah meja makan untuk sarapan bersama sembari bercanda-canda kecil untuk memeriahkan suasana rumah yang hampir tidak pernah ada canda tawa ini.
Betapa senangnya hati ini karena mereka berdua yang selalu ada untukku yang rapuh ini.


Seminggu kemudian

Sudah seminggu berlalu sejak Aris pertama kali datang kerumah ku. Sampai saat ini aku masih menunggu dirinya datang kembali menemuiku. Ku menunggu dan menunggu sembari memikirkan perasaan yang aneh didalam hatiku. Mengapa aku terus memikirkannya, padahal aku hanya bisa mendengar suara nya yang lembut itu saja. Tidaklah dengan melihat rupa wajahnya.
Tiba-tiba saja aku yang sedang duduk didepan rumah ku merasa kaget karena sebuah tepukan dipundak kiri ku.

“ Hei Fit, ngapain kamu melamun disini?” tanya Citra sambil menepuk pundakku

“ eh, kamu Cit, kalo mau dateng jangan ngagetin gitu dong.”

“ ya habisnya kuliyat kamu melamun gitu disini, ya aku tepuk aja pundakmu biar kamu sadar. Oiya, tebak siapa yang lagi sama aku?”

“ sama kamu? Memangnya kamu datang dengan siapa ?” tanya ku

“ tebak dulu dong” ucap Citra

“ heem “ terdengar suara pria didekatku

“ eh, seperti ada suara laki-laki ?, kamu lagi sama Aris ya Cit?” tanya ku lagi

“ wah telingamu itu jeli sekali ya Fit” tutur Citra

“ suara pria dan wanita kan beda Cit, lagian kamu mau datang dengan pria mana lagi kalo bukan aris ?” tanyaku padanya. Tetapi hatiku menggerutu. Mengapa suara Aris sedikit berbeda dengan saat ia kerumahku dulu. Mungkin dia sedang panas dalam pikirku.

“ iya, kamu memang pintar Fit dalam hal mendengar” puji sahabatku itu

“ makasih Cit pujiannya. Ayo Cit, Ris, duduk dulu” aku mempersilakan mereka duduk dikursi yang sudah tak seberapa mampu lagi menahan beban yang diterimanya

“ maaf ya kalo kursinya sudah sedikit reyot ris” keluhku

“ ah ga pa pa Fit, santai aja sama kami berdua” balas Citra

“ oiya Fit, aku punya kabar baik untukmu” sela Aris yang daritadi sedikit berbicara itu

“ berita apa?” tanyaku

“ aku baru mendapat kabar, bahwa ada seseorang yang akan mendonorkan matanya. Dan biaya untuk operasipun tidak begitu mahal untuk bulan ini” seru Aris

“ yang bener Ris? Terus maksudnya aku jadi bisa melihat lagi kalo bisa mendapatkan mata dari orang yang mendonor itu? Tanya ku dengan senang

“ tentu saja Fit” balas aris

“ tapi darimana aku uang untuk operasi itu? Juga aku tak kenal siapa orang yang akan mendonorkan matanya itu” balasku lemas

“tenang aja Fit, kan ada kita berdua. Kita ada tabungan yang lumayan terus kamu juga kan termasuk keluarga yang kurang mampu, pasti diberi keringanan Fit” Citra meyakinkanku lagi

“ terus pendonornya siapa?”

“ owh, kalo itu dia minta untuk tidak diberitau namanya. Yang dia mau Cuma membantu orang lain yang kekurangan dengan sebagian yang dia punya.termasuk matanya sendiri, karena dia sendiri juga sudah dipastikan akan meninggal kurang dari sebulan ini”

“ em, jadi begitu. Tapi kapan ?”

“ nanti, mereka akan memberi kabar bila matanya sudah bisa didonorkan”

“baiklah kalo gitu. Aku mau “ balasku dengan senang karena ada orang yang peduli denganku sampai seperti itu


Hari demi hari pun berlalu hingga tiba saat kabar dimana aku akan mendapatkan donor mata dari orang yang baik hati itu. Aku pun lantas dibawa menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo oleh Citra, dan tentu saja ikut menemaniku nenek ku tersayang. Tetapi aris entah kemana. Aku tidak tau.
Waktu yang cukup lama aku lewati dan akhirnya operasi pun berjalan lancar. Hanya tinggal menunggu waktu untuk melepaskan perban yang menutupi kedua mataku ini.

Seminggu berlalu dan akhirnya tiba saat dibuka perban yang telah membuatku tak sabar untuk bisa melihat dunia yang indah ini dan tentunya melihat Sahabatku dan Nenek ku.
Betapa senangnya aku yang akhirnya dapat kembali melihat.

“ Citra? Nenek? Itukah kalian ?” tanyaku dengan menoleh kearah mereka berdua yang ada disampingku

“ iya Cit, ini aku dan ini nenek mu” Citra merasa lega dan senang akan sahabatnya yang akhirnya dapat melihat .

“ terimakasih ya Cit, nenek juga, dan… “ ucapanku pun terputus sewaktu ku sadar bahwa tidak ada Aris disitu

“ dimana Aris?” Tanyaku pada mereka

“Aris? Eh, dia. “ tingkah yang membingungkan membuatku penasaran. Dan akupun meminta mereka bercerita semuanya, dimana Aris selama aku operasi hingga saat ini dan juga mengapa ia menghilang disaat aku akan di operasi. Fikiran jahat pun merasuk di otak ku. Apakah Aris yang telah mendonorkan matanya padaku?. Hingga akhirnya terungkap semuanya. Aris lah yang telah mendonorkan matanya padaku.

---***---

“ Fit” tiba-tiba aku kaget karena suara panggilan dari belakangku

“ eh kamu Cit, kamu juga Ris” balasku sembari menghapus air mataku yang sejak tadi mengalir.

“ kamu daritadi disini Fit?” Aris bertanya sembari menaburkan bunga

“ iya Ris, aku kesini untuk mendo’akannya. Karena dia telah memberikanku sesuatu yang sangat berharga bagiku” balasku tersenyum

“ ya, dia adalah pahlawan bagi kita semua. Karena dia telah membuat kamu bisa melihat dunia kembali Fit” seru Citra

“ iya Cit, dialah orang yang sangat ingin aku temui saat ini” “terimakasih Aris, kau telah mendonorkan matamu untukku. Sekarang aku dapat melihat dunia yang indah ini. Dan aku telah menjadi calon kakak iparmu kelak.” Aku tersenyum kepada Aris Pratama yang adalah kakak dari Aris Prasetya.

Aku pun sekarang bahagia berkat Aris Prasetya yang merupakan saudara kembar dari Aris Pratama yang kini adalah pacar ku. Aku pun mengajak Aris untuk kerumahku karena ia belum pernah tau rumahku, karena saat itu yang datang kerumahku adalah Aris Prasetya. Itu mengapa aku tidak mengenal suaranya saat ia berbicara.
Dan sekarang Aku sangat bersyukur karena sampai saat ini aku masih memiliki nenek, sahabatku, dan juga Aris pacarku.


FIN


Cerita ini hanyalah imajinasiku saja yang kutuangkan melalui sebuah cerpen. Mungkin tidak sebagus karya orang lain. Tapi aku akan selalu mencoba untuk membuat karya yang lebih baik bila saja kalian membaca dan memberikan kritik yang membangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar